2019, 20 November
Share berita:

Dewan Karet Indonesia (DEKARINDO) mengirim surat pada minta Menteri Koordinator Maritim dan Investasi sebagai Ketua Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) untuk lebih mensosialisasikan peningkatan penggunaaan produk dalam negeri ini ke daerah-daerah.

Tahun anggaran 2019 sudah berakhir dan akan dimulainya anggaran baru berdasarkan APBN 2020/2021. Belanja pemerintah untuk infrastruktur, irigasi, pelabuhan akan sangat besar dan memerlukan produk –produk karet.

Menurut Ketua Dekarindo Azis Pane produk-produk karet untuk infrastruktur seperti seperti aspal karet, dock fender, pintu karet irigasi, rubber dam, rubber cowmat, conveyor belt , bantalan kereta api dan jembatan sudah banyak diproduksi di dalam negeri. Tetapi selama ini banyak produk impor dari Malaysia, Singapura, China, Korea dan Taiwan.

Karena itu Dekarindo minta supaya pemerintah memberi kemudahan bagi pelaku industri di dalam negeri untuk mengikuti pengadaan kebutuhan barang-barang karet untuk infrastruktur sebagai gerakan P3DN. Efeknya adalah peningkatan penyerapan karet alam sebesar 100.000 ton.

Dukungan regulasi sudah ada lewat SE Menteri PUPR nomor 04/SE/M/2019 tentang Pemberlakukan 2 pedoman bidang jalan dan jembatan, dan SE Mendagri 602/2161/SJ tentang Pemanfaatan Aspal Karet untuk Pembangunan Jalan Daerah.

Harga karet sejak tahun 2011 turun terus dan harga terakhir bulan November 2019 mencapai USD1,3/kg atau ditingkat petani Rp6.500/kg. Dari produksi karet alam 3,6 juta ton tahun 2018 , sekitar 2,9 juta ton (85%) diekspor dalam bentuk bahan mentah (SIR) dan hanya 650.000 ton yang diolah di dalam negeri.

Konsumsi terbesar 270.000 ton untuk industri ban, 93.000 ton untuk vulkanisir dan 93.000 ton industri alas kaki. Peningkatan konsumsi pada industri ini berjalan lambat karena pertumbuhannya agak melambat karena sebagian besar bahan baku penolong masih diimpor.

Baca Juga:  Desember, Ekspor Tertinggi Karet Sumut