2nd T-POMI
2021, 5 Desember
Share berita:

Aceh Tamiang, Mediaperkebunan.id

Salah satu syarat tumbuh kelapa sawit adalah curah hujan >2000 mm merata sepanjang tahun. Masalahnya tidak semua kebun berada pada areal seperti ini. Salah satunya di kebun Socfin Indonesia Divisi IV Sei Liput. Erik Obaja Barus, dari PT Socfin Indonesia, Sei Liput, Aceh Tamiang menyatakan hal ini dalam Webinar Socfindo Menyapa Petani yang diselenggarakan Media Perkebunan bekerjasama dengan PT Socfin Indonesia.

Di Sei Liput curah hujan selalu kurang dibawah 2000 mm, misalnya sepanjang 2014-2017 curah hujan berada pada kisaran 1000-1500 mm, terjadi water deficit yang kalau dibiarkan akan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.
Defisit air selalu terjadi pada bulan Januari-Juni setiap tahunnya. Gejala tanaman yang mengalami defisit air adalah daun tombak lebih dari 2 dan dominan bunga jantan karena pembentukkan bunga betina terganggu. Solusi Socfin mengatasi hal ini adalah dengan water management sehingga kebutuhan air pada bulan kering bisa dipenuhi.

Tahapannya dimulai dengan melakukan pemetaan saluran air. Air dari hulu ternyata tetap mengalir pada bulan-bulan defisit air dengan debit yang rendah. Kemudian design blok dengan membuat kantong air (water bank). Air pada musim hujan ketika berlebih disimpan dengan membuat bendungan, cet (close and trench), mengumpulkan dan menahan air yang keluar dari hulu sungai, mengarahkan air ke seluruh blok.

Kantong air dibuat dengan sistem over flow lebar 1-2 meter dengan kedalaman 1-2 meter tujuannya supaya air dapat menyebar secara merata. Membuat stop bund untuk mengumpulkan dan menahan air dari hulu sungai. Ketinggian air 60 cm dari permukaan tanah. Jarak antar stop bund 150 m – 200 m tergantung ketinggian air.

Baca Juga:  Poltek CWE Berikan Sertifikasi Kompetensi pada 100 Taruna Sawit

“Water management sangat mempengaruhi kualitas tumbuh kelapa sawit. Prinsip dasarnya adalah menyekap air kemudian mengumpulkannya dan membagi air secara merata ke seluruh blok,” kata Erik.