2nd T-POMI
2023, 19 September
Share berita:

KAMPAR, mediaperkebunan.id – Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) terutama jalur kemitraan menjadi salah satu kunci agar industri yang menopang perekonomian Indonesia ini dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi kesejahteraan bangsa.

 “Produktivitas sawit nasional baru mencapai 3-4 ton per hektare setara CPO. Jika tidak ada terobosan dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit maka masa depan industri kelapa sawit Indonesia akan terancam,” tegas Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan, Kementrian Pertanian (Kementan), Andi Nur Alam Syah dalam acara kick off tanam perdana percepatan PSR jalur kemitraan binaan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada Senin (18/9/23).

Andi menjelaskan, lahirnya Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) No. 3 tahun 2022 yang mengakomodir PSR melalui jalur kemitraan di samping jalur dinas merupakan bukti langkah serius pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit nasional.

“Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budidaya, akses pasar dan pemetaan kepada para petani binaannya,” ujar Andi Nur.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman menyatakan, program PSR yang telah bergulir sejak tahun 2016 telah memberikan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit petani, namun belum berjalan dengan optimal.

Untuk itu, lanjut Eddy Abdurrachman, terlibatnya peran perusahaan sebagai bapak asuh diharapkan dapat menyukseskan target PSR yakni 500 ribu hektare (ha) per tiga tahun atau sekitar 1800 ha/tahun.

Lebih lanjut Eddy menyebutkan, sejak 2016 hingga Agustus tahun ini, BPDPKS telah menyalurkan dana PSR sebesar Rp 8,8 triliun.  Tahun 2023 ini telah melakukan PSR lebih dari 1700 ribu ha yang terdiri dari tujuh proposal PSR kemitraan.

Baca Juga:  Ditjen Perkebunan Konsisten Kembangkan Pasar Sagu

Saat ini ada 17 proposal PSR kemitraan yang sedang dikaji BPDPKS. “Dengan capaian implementasi PSR hingga quartal tiga ini, maka kami yakin dapat memenuhi target 500 ribu hektare,” ujar Eddy.

Hal senada disampaikan Ketua Umum GAPKI Eddy Martono. Menurutnya, pentingnya tata kelola berkelanjutan serta program PSR oleh petani. Peningkatan produksi kelapa sawit nasional sangatlah urgent mengingat dalam lama tahun terakhir produksi sawit nasional mengalami stagnansi sedangkan permintaan atau konsumsi terus meningkat.

“Kami sangat serius dengan program PSR jalur kemitraan ini, seluruh anggota GAPKI berkomitmen untuk menjalankan program,” tegas Eddy.

Program PSR ini, lanjut Eddy, selain untuk meremajakan tanaman petani yang sudah tua, juga membantu para petani untuk dapat melakukan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sehingga sebagai hasil akhirnya adalah peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit ya.

Saat ini, petani kelapa sawit Indonesia yang menguasai 42% komposisi pelaku industri kelapa sawit nasional, memiliki ketimpangan produktivitas yang sangat tajam dibandingkan dengan perusahaan kelapa sawit. (*)