2nd T-POMI
2024, 13 Februari
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Program Sawit Rakyat (PSR) sudah diluncurkan pertama kali sejak tahun 2017, dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai pengolahan lahan perkebunan sawit.

Kelapa sawit adalah salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam membangun perekonomian di Indonesia. Dilansir dari brin.go.id, perkebunan kelapa sawit mempunyai kontribusi nilai ekspor mencapai 13,5%. Hal ini membuat komoditas kelapa sawit menyumbang sebesar 3,5% untuk PDB Indonesia. 

Pada tahun 2023, nilai ekspor pertanian Indonesia mencapai 98,86% yang dimana sebesar 73,83% berasal dari ekspor perkebunan kelapa sawit. Menjadi komoditas utama perkebunan Indonesia, industri kelapa sawit telah menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat di daerah perkebunan Indonesia.

Dilansir dari bpdp.or.id, pemerintah mempunyai target untuk memproduksi 50 juta ton kelapa sawit pada tahun 2025. Produksi tersebut akan difokuskan untuk peningkatan produktivitas lahan perkebunan sawit yang sudah ada di Indonesia. 

Saat ini produktivitas kelapa sawit nasional berasal dari petani swadaya yakni petani yang mengelola lahannya sendiri sebesar 40% dan perusahaan swasta sebesar 53%. Untuk meningkatkan produktivitas kebun yang berkelanjutan, pemerintah menerapkan program Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Program ini dilakukan dengan menerapkan prinsip 3P yakni Profit, People dan Planet.

Oleh karena itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mencetuskan Program Sawit Rakyat untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai pengolahan lahan perkebunan sawit. Dengan pengetahuan SDM yang baik diharapkan dapat meningkatkan potensi perkebunan sawit rakyat yang berkelanjutan. 

Mengenal Program Sawit Rakyat

Program Sawit Rakyat merupakan program yang dibuat oleh PPKS untuk mengatasi minimnya pengetahuan pekebun sawit mengenai penanaman kelapa sawit yang berkualitas dan berkelanjutan. Hal ini menyebabkan terganggunya produktivitas perkebunan kelapa sawit dan merugikan pekebun sawit.

Baca Juga:  Lahan Gambut Layak Digunakan

Program Sawit Rakyat saat ini tersebar dalam beberapa provinsi yakni Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Bangka Belitung, dan Bengkulu. Program Sawit Rakyat terdiri dari beberapa kegiatan yaitu sosialisasi dan peningkatan penggunaan bibit unggul, peningkatan kemampuan dan pemberdayaan pekebun sawit rakyat, dan pembinaan mengenai peremajaan sawit rakyat.

Potensi

Mewujudkan perkebunan sawit rakyat yang berkelanjutan di Indonesia sangat besar potensinya. Hal tersebut ditunjukkan dari keseriusan pemerintah untuk mewujudkan perkebunan sawit rakyat berkelanjutan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo. 

Peremajaan Sawit Rakyat adalah program yang ditujukkan kepada pekebun sawit rakyat untuk memperbaharui kebun kelapa sawit dengan berkualitas dan berkelanjutan. Peremajaan Sawit Rakyat yang berkelanjutan harus dapat mengurangi resiko pembukaan lahan yang ilegal. 

Terdapat empat unsur yang didorong oleh program Peremajaan Sawit Rakyat untuk dipenuhi para pekebun sawit rakyat yakni prinsip berkelanjutan, sertifikat ISPO, produktivitas dan legalitas tanah. Prinsip berkelanjutan adalah dengan menyediakan perkebunan sawit rakyat yang memperhatikan lingkungan, tanah, konservasi, dan lembaga.

Peserta program sawit rakyat akan difasilitasi untuk mendapatkan sertifikat ISPO. Selain itu pekebun sawit rakyat juga harus berpartisipasi mengikuti program legalitas tanah. Setelah ketiga hal itu tercapai, para pekebun sawit rakyat diharapkan dapat meningkatkan standar produktivitas kelapa sawit yang mencapai 10 ton buah per tahun.

Kendala

Menurut data dari mediakeuangan kemenkeu.go.id, kendala yang ada dalam program sawit rakyat adalah penanaman ulang perkebunan sawit rakyat yang belum berjalan optimal. Keterlambatan itu membuat jarak produksi yang akan semakin melebar setiap tahunnya. 

Selain penanaman ulang yang belum optimal, keterbatasan akses informasi bibit unggul juga merupakan kendala yang dihadapi oleh program sawit rakyat. Akses yang terbatas para petani kebun rakyat untuk mendapatkan informasi mengenai bibit unggul menyebabkan petani bergantung pada biji sawit yang gugur.

Baca Juga:  Harga Sawit Riau Rp 2.115 Per Kg

Ketergantungan pekebun sawit rakyat pada biji sawit yang gugur membuat hasil kelapa sawit berkualitas rendah sehingga kurang dapat bersaing dengan perusahaan besar. Hal ini dapat memperburuk pekebun sawit rakyat untuk mengejar jarak produktivitas hasil kelapa sawit. Oleh karena itu dibutuhkan penyebaran Program Sawit Rakyat yang lebih luas lagi.

Solusi untuk Program Sawit Rakyat yang Berkelanjutan

Untuk dapat mewujudkan Program Sawit Rakyat yang berkelanjutan dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi pekebun kelapa sawit rakyat secara intensif. Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan dedikasi pekebun dan tenaga pendamping diharapkan dapat meningkatkan kualitas kelapa sawit.

Adanya SDM sawit rakyat yang unggul dapat merawat dan memelihara kelapa sawit dengan baik dan menciptakan hasil panen yang berkualitas. Edukasi dan pelatihan Program Sawit Rakyat juga diharapkan akan mengajarkan pekebun sawit rakyat mengenai peremajaan pohon kelapa sawit. Hal itu penting untuk dilakukan agar potensi perkebunan sawit rakyat yang berkelanjutan dapat terwujud di Indonesia.