2nd T-POMI
2018, 17 Februari
Share berita:

INSTIPER sejak tahun 2005 sudah mendirikan Pendidikan Kompetensi Sawit dengan minat (minor) Sarjana Perkebunan Kelapa Sawit (SPKS), Sarjana Manajemen Bisnis Kelapa Sawit (SMBP), Sarjana Teknik Industri Kelapa Sawit (STIK), Sarjana Pengolahan dan Industri Turunan Kelapa Sawit (SPTK), Sarjana Mekanisasi Perkebunan Kelapa Sawit (SMPK) dan yang terbaru Sarjana Teknologi Informasi Perkebunan Kelapa Sawit (STIPKS).

Rektor INSTIPER, Purwadi menyatakan hal ini menanggapi permintaan Jokowi di Forum Rektor Indonesia yang minta supaya perguruan tinggi membuka fakultas atau program studI baru diantaranya disebutkan fakultas perkebunan jurusan kelapa sawit. “Kita sudah jauh-jauh hari melihat pentingnya program studi khusus kelapa sawit,” katanya.

Model yang dikembangkan adalah University Industri Patnership, telah bekerjasama menyelenggarakan pendidikan beasiswa ikatan dinas dengan Sinar Mas (Smart), Asian Agri, Wilmar, Astra Agro Lestari, Tri Putra, Bumitama Gunajaya Agro, First Resources, DXN Group, Karya Mas, Citra Borneo Indah, Minamas dan lain-lain. Kerjasama ini sudah terjalin dengan lebih dari 20 group perusahaan. Instiper telah menjadi pencetak dan pemasok SDM terbesar di Indonesia untuk perkebunan kelapa sawit dan turunannya.

Tahun 2017-2018 juga ditugaskan mendidik anak petani dan buruh tani kebun sawit rakyat dari Aceh sampai Papua. Setiap tahun ada 200 orang dididik setara D1 untuk menjadi wirausaha atau membina kebun kelapa sawit rakyat. Program ini bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang memberikan beasiswa penuh dan biaya hidup dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia.

Sebelumnya, Presiden Jokowi ketika membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia di Makassar menyatakan pengembangan sumber daya manusia selalu menjadi prioritas penting pemerintah. Kemenristek Dikti dan Forum Rektor diminta membuat terobosan dalam bidang ini dan dikerjakan dengan serius.

Baca Juga:  DIKELUARKAN SBE DARI LIMBAH B3 PICU INVESTASI PENGOLAHAN

Terobosan khusunya bidang pendidikan tinggi dan harus lebih besar dari infrastruktur. Perguruan tinggi dihimbau lebih responsif dengan perkembangan zaman yang menjadi ciri negara maju. “Harus berani melalukan perubahan, melakukan inovasi. Jangan terjebak dalam rutinitas. Perguruan tinggi dengan fakultas-fakultas di dalamnya harus berubah karena dunia berubah cepat sekali,” kata Jokowi.

Perguruan tinggi diminta mulai membuka fakultas dan program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan industri. Kuncinya adalan relevansi dan inovasi, jangan terjebak rutinitas. Contoh perguruan tinggi dapat membuka Fakultas Digital Economy, Jasa Industri, Manajemen industri dan olahraga, industri lifestyle, perkebunan juruan kelapa sawit atau bahkan kopi.