2nd T-POMI
2020, 29 Mei
Share berita:

JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Lahan gambut yang termasuk ekosistem rawa juga tergolong lahan yang dinamis ketika dimanfaatkan terutama karena didrainase. Untuk itu pemutakhiran perlu dilakukan 5-10 tahun sekali agar tetap up to date.

Demikian dikatakan peneliti senior Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Ir Sofyan Ritung, pada Webinar Pemanfaatan Gambut Berkelanjutan, Kamis (28/5).

Sofyan menuturkan, lahan gambut merupakan lahan terisi tanah gambut yang rapuh (fragile soil). Gambut menjadi mudah berubah dan rentan rusak ketika terusik.

“Gambut berupa material organik sangat ringan, kesuburan rendah dengan pH masam sampai sangat masam,” ujar Sofyan.

Dengan demikian pemanfaatan lahan gambut perlu kehati-hatian. “Perlu disesuaikan potensi dan penerapan teknologi pengelolaan lahan yang tepat,” kata Sofyan.

Menurut Sofyan, pemanfaatan gambut untuk pertanian perlu didahului identifikasi dan karakterisasi secara detail pada skala operasional agar tidak salah rekomendasi. “Misalnya pemetaan skala 1:25.000, bahkan untuk lahan seluas 100-200 ha pemetaan pada skala 1:10.000,” kata Sofyan.

Lahan gambut yang termasuk ekosistem rawa juga tergolong lahan yang dinamis ketika dimanfaatkan terutama karena didrainase. “Pemutakhiran perlu dilakukan 5-10 tahun sekali agar tetap up to date,” kata Sofyan. (YR)

Baca Juga:  Lemahnya Permintaan Pasar Global, Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit Indonesia