2nd T-POMI
2024, 29 April
Share berita:

Dormansi sawit merupakan salah satu penghalang dalam peningkatan produksi benih. Proses perkecambahan kelapa sawit tergolong sulit karena mempunyai dormansi fisik yang diakibatkan oleh cangkang tebal yag melapisi embrio.

Oleh karena itu perlu diadakan pematahan dormansi pada benih sawit agar dapat berkecambah dengan baik. Lalu cara apa saja yang dapat dilakukan? Mari simak artikel ini untuk mengetahui lebih dalam mengenai tata cara pematahan dormansi sawit.

Pengertian Dormansi Sawit

Dormansi merupakan keadaan dimana benih tidak mengalami perkecambahan yang disebabkan oleh hambatan mekanis benih. Dormansi biasanya terjadi pada embrio yang berada dalam kondisi yang sehat dan dalam kondisi lingungan yang sesuai. Dormansi pada benih juga dipengaruhi oleh multigen yang menyebabkan adanya hambatan fisiologi ataupun fisik pada embrio untuk dapat berkembang.

Dormansi fisik terjadi saat lingkungan telah mendukung proses benih untuk berkecambah namun tidak dapat menembus hambatan fisik benih. Sedangkan dormansi fisiologi diakibatkan oleh adanya komposisi kimiawi pada benih yang menghambat terjadinya proses perkecambahan. Saat hal itu terjadi, maka dibutuhkan perlakuan yang dilakukan untuk mengubah komposisi kimiawi pada benih. 

Dormansi pada benih kelapa sawit terjadi karena disebabkan adanya cangkang banih yang tebal sehingga menghalangi embrio untuk melakukan perkecambahan. Adanya dormansi membuat perkecambahan benih kelapa sawit membutuhkan waktu yang lama yaitu 3 – 4 bulan. 

Menurut warta PPKS 2016, daya kecambah benih sawit juga disebabkan oleh lamanya masa penyimpanan benih. Semakin lama penyimpanan benih maka akan semakin rendah daya kecambah yang dihasilkan. Selain itu, dormansi sawit juga disebabkan oleh genetik tanaman karena tanaman tertentu yang telah lama didomestikasi cenderung mempunyai tingkat dormansi yang lebih rendah.

Baca Juga:  B30 Stabilkan Harga dan Sejahterakan Petani Kelapa Sawit

Proses perkecambahan yag lama menyebabkan kendala bagi produsen benih dan juga konsumen. Konsumen biasanya memerlukan kecambah dalam waktu yang cepat sedangkan proses perkecambahannya membutuhkan waktu yang lama sehingga konsumen harus memesan dari bulan – bulan sebelumnya. Permasalahan – permasalahan ini kemudian dapat diatasi dengan melakukan pematahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahan.

Tata Cara Dormansi pada Benih Sawit

Dormansi pada benih sawit dapat dilakukan melalui teknik skarifikasi mekanis dan skarifikasi kimiawi. Teknik skarifikasi mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan heat method yang terdiri dari dry heat method dan wet heat method. Skarifikasi mekanis harus dilakukan dengan waktu yang tepat untuk menghindari potensi embrio rusak yang nantinya akan mengakibatkan daya kecambah menjadi rendah.

Dry heat dilakukan dengan cara melakukan perendaman pada benih kelapa sawit selama 5 hari dengan tujuan untuk meningkatkan kadar air hingga 18%. Setelahnya benih sawit dapat diletakan pada ruangan dengan suhu yang stabil pada 38°C – 40°C selama 60 hari. Kemudian akan dilakukan perendaman benih kembali selama tiga hari untuk meningkatkan kadar air hingga 21 – 23%.

Tahapan akhir dilanjutkan dengan kembali meletakan benih pada ruangan dengan suhu 26°C – 28°C. Lakukan pemilihan kecambah yang dihasilkan dengan frekuensi pemilihan seminggu sekali. Suhu ruang yang tepat dan kadar air benih merupakan komponen yang harus selalu diperhatikan agar mendapatkan daya kecambah benih sawit yang tinggi.

Wet heat method dilakukan dengan cara melakukan peningkatan kadar air pada benih sebesar 21% – 22%. Selanjutnya benih diletakan pada ruangan dengan suhu 39°C dan disimpan hingga benih berkecambah yang biasanya akan memakan waktu 80 hari. Untuk sisa benih yang belum berkecambah, selanjutnya dapat diletakan pada ruangan dengan suhu 26°C – 28°C.

Baca Juga:  Akademisi: PP Gambut Tak Memiliki Dasar Ilmiah

Proses dry heat menghasilkan kecambah yang lebih seragam dibandingkan dengan proses wet heat. Namun, proses dry heat membutuhkan waktu berkecambah yang lebih lama dibandingkan dengan proses wet heat.

Skarifikasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk merusak pertahanan cangkang benih sawit. Biasanya proses skarifikasi benih sawit menggunakan cairan asam sulfat selama 10 menit yang dilanjutkan dengan perendaman menggunakan larutan hidrogen sianida. Perendaman asam sulfat meningkatkan daya kecambah yang tinggi hingga 88% dan mendorong laju perkecambahan lebih cepat.

Selain itu, bahan kimiawi ethephon juga dieprcaya dapat mematahkan dormansi pada benih kelapa sawit. Setelah merendam benih sawit pada asam sulfat selama 10 menit, benih sawit selanjutnya dapat direndam pada larutan ethephon sebanyak 1,2%. 

Menurut penelitian Muharis, Faisal, Nasruddin, Jamidi dan Rafli menunjukan bahwa benih sawit yang direndam menggunakan kalium nitrat juga dapat mematahkan dormansi. Penggunaan kalium nitrat dapat meningkatkan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan potensi tumbuh yang maksimum pada benih kelapa sawit. Skarifikasi terbaik terjadi saat benih sawit mengalami proses bersama skarifikasi mekanik yakni pengamplasan dan skarifikasi kimia yakni penggunaan kalium nitrat.