2nd T-POMI
2023, 12 September
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Minyak kotor (Miko) selama ini dijual sebagai limbah dengan harga lebih rendah dari harga Crude Palm Oil (CPO).  Tetapi oleh perusahaan sertifikasi seperti International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), kalau sudah bersertifikat dari lembaga ini bisa berpeluang dijual dengan harga yang lebih tinggi. Allen Rianto Sihotang dari Alfa laval menyatakan hal ini. Materi ini salah satu yang akan dibahas dalam 2nd TPOMI 2024 (Technology & Talent Palm Oil Mill Indonesia.

ISCC memberikan definisi, deskripsi proses, dan panduan untuk malakukan audit ISCC terhadap limbah dan residu yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit. ISCC menyebutkan Palm Oil Mill Effluent (POME) adalah air limbah yang berasal dari proses produksi pabrik kelapa sawit yang tidak dapat dihindari. Minyak yang diperoleh dari Empty Fruit Bunch (EFB) di pabrik kelapa sawit disebut minyak tandan kosong (EFB Oil). Dalam dokumen ISCC versi terbaru dengan judul “ISCC GUIDANCE WASTE AND RESIDUES FROM PALM OIL MILLS version 3.0”, dokumen ini menyediakan panduan yang lebih baik mengenai bagaimana proses tersebut untuk diaudit.

Minyak POME atau minyak EFB dikutip dari pabrik kelapa sawit sebagai salah satu bahan baku untuk pengolahan biofuel, bagi perusahaan energi seperti BP, Shell, Total, Neste, dll. Menurut informasi dari perusahaan tersebut ke publik pada bulan Mei 2023, Neste baru-baru ini juga mengumumkan perluasan refinery di Sinagpura, sehingga total kapasitasnya menjadi 2,6 juta ton, dimana 1 juta ton diantaranya dapat berupa bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF). Secara umum permintaan minyak POME dan minyak EFB yang bersertifikat ini diperkirakan akan meningkat ditahun-tahun mendatang.

Baca Juga:  Hai Sawit dan BPDPPKS Gelar Workshop Karir Industri Sawit

Alfa laval selalu mengikuti trend terbaru, sehingga ketika ada perubahan dari ISCC, mesin peningkat rendemen juga diperkenalkan sebagai penghasil minyak POME dan minyak EFB yang efektif. Alfa laval sendiri punya sistem yang mudah untuk diaudit sebagai penghasil minyak tersebut dengan menggunakan sistem yang sederhana (modular/plug and play). Sebanyak 30 – 50% kandungan minyak yang ada di sludge pit dapat ditarik kembali oleh mesin ini.

“Informasi ini belum banyak diketahui pemilik pabrik kelapa sawit. Meskipun tahu banyak juga yang tidak peduli karena menganggap proses sertifikasi seperti ISCC rumit, enggan untuk diaudit. Padahal ini potensi keuntungan lumayan besar. Memang harus investasi baru untuk alat yang bisa menarik minyak dari sludge / effluent pond dengan melewati audit sertifikasi salah satunya ISCC. Kalau menyangkut profit biasanya owner tertarik,” kata Allen.

Mesin penarik minyak dari Alfa laval ini bisa disambungkan langsung pada PKS yang sudah berproduksi tanpa harus membuat bangunan baru. Dengan turn-key project sistem recovery.

“Memang harus ada upaya lebih dari PKS. Terutama investasi untuk membeli mesin ini. Kemudian harus memiliki sertifikasi dari beberapa perusahaan sertifikasi seperti ISCC salah satunya. Pay-back periode mencapai 1 tahun setelah itu perusahaan tinggal memetik keuntungan,” katanya.