2nd T-POMI
2021, 25 November
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Kelapa merupakan salah satu potensi ekspor Indonesia ke depan. Beberapa perusahaan saat ini melirik produk kelapa menjadi andalan ekspor. Salah satunya adalah Indofood. “Saya pernah mengunjungi pabrik pengolahan kelapa Indofood di Bintan khusus untuk ekspor. Perusahaan sebesar Indofood yang ahli dan leader dalam industri pangan memprioritaskan kelapa untuk ekspor masa depan, Karena itu jangan ragu kembangkan industri kelapa,” kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki pada webinar Nasional Inovasi Pengembangan UMKM kelapa terpadu Berdaya Saing dan Berkualitas Ekspor yang diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.

Ekonomi triwulan III tumbuh 3,3% yoy ditopang komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh 29,6%. Ekspor triwulan 3 22,7% naik yoy periode sama 17,24%. Ekspor UMKM saat ini baru 15,6% jauh dibawah Singapura yang mencapai 41%, Thailand 29% dan Tiongkok 60%. Pemerintah mentargetkan ekspor UMKM 17% tahun 2024. Hal yang harus diperbaiki adalah upaya menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor dan kewajiban pabean.

Potensi industri kelapa sendiri sangat besar baik untuk pasar domestik dan ekspor. Hampir semua bagian kelapa berguna dan bernilai tinggi. Kelapa merupakan penyumbang devisa nomor 4 komoditas perkebunan setelah sawit, karet dan kakao. Ekspor kelapa triwulan dua 2021 982.300 ton dengan nilai USD 519,2 juta. Volume ekspor meningkat 16-17% dibanding periode yang sama 2020.

“Kami berharap produk kelapa dan turunannya terus dikembangkan. Tahun 2020 produksi kelapa Indonesia 2,8 juta dengan produsen terbesar Riau 14,52%, Sulut 8,92%, Jatim 8,54%, Malut 7,52%, Sulteng 6,9%. Khusus Sulut produktivitas kopra 1,2 ton/ha/tahun lebih tinggi dari nasional 1 ton/ha/tahun,” kata Teten.

Tantangan pengembangan kelapa Sulut sebagian besar tanaman tua, tidak produktif dan terserang HPT. Ada enam 6 produk kelapa olahan yang ekspor dunianya besar yaitu kopra nlai ekspor dunia USD 309,4 juta dengan pangsa pasar 25% Indonesia produsen nomor 1; kopra mentah nilai ekspor USD 236,2 juta pangsa pasar 22,9% Indonesia posisi kedua setelah Filipina.
Kelapa parut kering nilai ekspor USD178,8 juta pangsa pasar 24,28% , Indonesia menempati peringkat kedua setelah Filipina. Gula kelapa nilai ekspor USD79,1 juta pangsa pasar 3,96% Indonesia menempati peringkat 9. Kelapa segar nilai ekspor USD58,7 juta pangsa pasar 29,8% Indonesia menempati posisi kedua setelah Thailand. Sabut pangsa pasar USD 92,2 juta pangsa pasar 1,2% Indonesia menempati peringkat ke 11.

Baca Juga:  Lada, Teh, dan Kelapa Tingkatkan Devisa dan Ekonomi Petani

Daya saing dan ekspor kelapa perlu dikembangkan lewat koperasi yang integrasi hulu hilir terhubung dengan pembiayaan, offtaker dan menggunakan teknologi. “Jangan biarkan petani perorangan dengan skala yang tidak ekonomis berjalan sendiri-sendiri. Kalau dibiarkan sampai kapanpun tidak akan bisa menjadi kekuatan ekonomi yang punya daya saing tinggi termasuk sanggup memasok secara kontinyu,” katanya.

Konsep yang ditawarkan Teten adalah korporasi petani dimana petani perorangan dikonsolidasikan dalam suatu koperasi sehingga mencapai skala ekonomi. Dalam korporasi ini koperasi menadi off taker, pengolah dan pemasaran. Pembiayaan koperasi bisa berasal dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUKM dan KUR.

Kemenkop UKM sudah mengembankan pola ini untuk petani pisang di Lampung. Di Sulut akan bekerjasama dengan Unsrat mengembangkan pola yang sama untuk petani kelapa. “Bangun industri kelapa yang kuat lewat korporasi petani. Hanya dengan cara itu model bisnis korporasi petani dalam bentuk koperasi bisa berjalan. Petani sebagai pemilik lahan juga pemilik bahan baku sekaligus lewat koperasi menjadi pemilik industri olahan,” kata Teten.