2nd T-POMI
2024, 2 Mei
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id – Harga referensi CPO Mei 2024 mengalami kenaikan sebesar USD 877,28 per metrik ton. Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan bahwa harga minyak sawit ini naik sebesar 2,29% atau setara dengan USD 19,67 dari periode April 2024 yang tercatat sebesar USD 857,62 per metrik ton. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag, Budi Santoso mengatakan bahwa penetapan harga referensi ini mengakibatkan bea keluar (BK) ekspor CPO dan pungutan ekspor (PE) menjadi USD 52 per metrik ton dan USD 90 per metrik ton.

“Saat ini, HR CPO mengalami peningkatanyang menjauhi ambang  batas  sebesar  USD  680 per metrik ton. Untuk  itu,  merujuk  pada  PMK  yang  berlaku  saat  ini,  pemerintah  mengenakan  Bea  Keluar  CPO sebesar USD 52per metrik ton dan Pungutan Ekspor CPO sebesar USD 90 per metrik ton untuk periode Mei 2024,” ujar Budi Santoso, dikutip pada Kamis (2/5/2024).

Penetapan harga referensi CPO Mei 2024 ini bersumber dari harga rata-rata di bursa CPO Indonesia sebesar USD 847,02 per metrik ton, bursa CPO di Malaysia sebesar USD 907,55 per metrik ton, dan Pasar Lelang CPO Rotterdam sebesar 1.004,75 per metrik ton dari periode 25 Maret 2024 – 24 April 2024. Menurut Permendag No. 46 Tahun 2022, apabila harga rata-rata dari ketiga sumber lebih dari USD 40, maka harga referensi CPO akan menggunakan rata-rata dari dua sumber harga yang menjadi median dan sumber harga terdekat dari median tersebut.

Peningkatan harga referensi CPO Mei 2024 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya poduksi sawit di Indonesia dan Malaysia yang menurun akibat perubahan cuaca yang tidak sebanding dengan permintaan minyak sawit yang merupakan antisipatif kebutuhan saat Idul Fitri. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) juga melaporkan bahwa produksi CPO dan PKO di bulan Februari 2024 mengalami penurunan. 

Baca Juga:  PENDAFTARAN BEASISWA SDM SAWIT DIPERPANJANG

Tercatat bahwa produksi CPO bulan Februari 2024 diperkirakan mencapai 3.883 ribu ton atau turun 8,25% dari Januari 2024. Begitupun dengan produksi PKO diperkirakan turun sebesar 8,24% menjadi 369 ribu ton pada Februari 2024. Turunnya produksi ini disebabkan antara lain jumlah hari kerja pada bulan Februari yang lebih sedikit dibandingkan bulan Januari.

Selain itu perkembangan  konflik  antara  Ukraina  dan  Rusia, serta  Iran  dan  Israel  juga sangatr berpengaruh pada penetapan harga minyak mentah dan minyak nabati lainnya. Kemudian  minyak  goreng  (refined, bleached,  and deodorized/RBD palm  olein)  dalam  kemasan bermerek dan dikemas dengan berat netto ≤ 25 kg dikenakan Bea  Keluar  (BK) sebesar USD  0/MT. Sebagaimana  tercantum  dalam  Keputusan  Menteri  Perdagangan  Nomor 577 Tahun  2024  tentang  Daftar Merek  Refined,  Bleached,  and  Deodorized (RBD) Palm  Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto ≤ 25 Kg.