2nd T-POMI
2024, 11 Juni
Share berita:

Palembang, Mediaperkebunan.id – CPOPC Internatonal Smallholder Workshop yang diadakan hari ini di Palembang , Sumsel, merupakan ajang saling belajar dan berbagi bagi petani anggota-anggota CPOPC (Council of Palm Oil Producing Conuntires)  untuk menghadapi tantangan kedepan. Sekjen CPOPC, Rizal Affandi Lukman menyatakan hal ini pada pidato pembukaan.

Tantangan global adalah regulasi dari negara-negara konsumen sawit seperti EUDR Eropa, UK Forest Act Inggris dan Forest Law Amerika Serikat. Bagaimana pengaruh regulasi itu terhadap petani kelapa sawit, bagaimana petani bekerja supaya kesejahteraan meningkat tetapi lingkungan tetap terjaga, meningkatkan produksi tetap sustainable.

Indonesia punya ISPO, Malaysia punya MSPO yang bisa digunakan untuk menunjukkan bahwa praktek perkebunan kelapa sawit di dua negara ini sudah selaras dengan tuntutan sustainable dunia. Pemilu di negera-negara Eropa menunjukkan pemenangnya adalah sayap kanan sehingga kemungkinkan ada perubahan kebijakan apakah akan lebih proteksionis,  harus dilihat perkembanganya  kedepan.

EUDR yang mulai berlaku sejak 30 Desember 2024, dalam waktu 6 bulan apakah petani siap. Dalam workshop ini CPOPC juga mendukung terbentuknya Aliansi Petani Kelapa Sawit Global sebagai platfrom bagi petani kelapa sawit menghadapi isu-isu global yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya.

Musdhalifah Machmud, Staf Ahli Menteri Koordinasi Perekonomian bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam menyatakan posisi petani sawit penting dalam rantai pasok sawit Indonesia, Malaysia dan Honduras. Sekitar 40% produksi sawit dunia dihasilkan oleh petani.

Implementasi ISPO dan MSPO oleh petani membuat produktivitas mereka semakin meningkat, tetapi juga memenuhi norma sustainable yang dituntut dunia. Dengan itu maka sawit feed the world untuk kebutuhan minyak nabati dunia. Petani lebih mampu mengatasi tantangan kedepan. Petani sawit dunia lewat aliansi petani sawit global bukan saling berkompetisi tetapi saling bekerjasama.

Baca Juga:  DUKUNG PSR, KEMEN ATR/BPN TARGETKAN 2024 SEMUA KEBUN PESERTA BERSERTIFIKAT

Dato Yusran Syah Bin Mohd Yusof, Sekjen Kementerian Perkebunan dan Komoditas Malaysia menyatakan kepada dunia yang harus dilakukan adalah promosi sawit sustainable. Bantuan pemerintah Malaysia pada petani sawit adalah berbagai inovasi teknologi sehingga biaya produksi rendah dan tetap sustainable.

Diantaranya adalah proses digitalisasi dalam praktek di kebun sehingga penggunaan pupuk, pestisida, herbisida semakin efisien, biaya produksi ditekan, produktivitas naik dan sustainable. EUDR merupakan tantangan sekaligus peluang baru. MSPO  diyakini sudah mampu memenuhi apa yang diminta EUDR.

Lewat MPOB produktivitas petani ditingkatkan sehingga pendapatannya meningkat. MPOB memberikan pendanaan untuk pelatihan, pupuk dan transportasi yang semakin efisien bagi petani

Francis Galia Maneke, Menteri Sawit PNG  menyatakan negara ini sekarang dalam proses menjadi anggota penuh CPOPC. Saat ini masih menjadi observer. Kelapa sawit penting bagi PNG, saat ini luasnya 2,5 juta ha dan ditargetkan menjadi 3,7 juta ha. Dengan menjadi anggota penuh maka akan belajar dari pengembangan sawit di Indonesia dan Malaysiia.

PNG akan bertumpu pada petani sawit dengan program utamanya adalah penyuluhan. PNG juga akan belajar membuat platfrom sustainable kelapa sawit sendiri. Dukungan perdana menteri pada pengembangan sawit sangat besar dengan adanya menteri yang khusus mengurus hal ini.