2nd T-POMI
2016, 6 September
Share berita:

Tinta setetes rusak susu sebelanga, maka dalam hal ini jika pelaku pupuk melakukan pembohongan pada petani pupuk, bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh petani.

Harus diakui bahwa pemupuk menjadi suatu bagian yang penting untuk dilakukan bagi petani, tapi memupuk tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Sebab tanaman perkebunan pada umumnya, membutuhkan lebih dari sekedar unsur nitrogen dan phosfat.

“jadi yang namanya memupuk harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran serta tepat tempatnya,” himbau agronomis, Dadang Gusyana, saat peluncuran buku pedoman budidaya jagung.

Lebih lanjut, Dadang menjabarkan cirri-ciri kekurangan unsur hara pada tanaman perkebunan. Seperti kekurangan unsur nitrogen maka daun muda pada tanaman akan terlihat pucat dan bila dilihat dari bawah saat siang hari daunnya seperti transparan atau tembus cahaya.

Kemudian, jika tanaman perkebunan kekurangan unsur magnesium maka daun pada tanaman akan terlihat menguning hingga akhirnya gosong seperti terbakar mulai dari tepi anak daun. Lalu, jika tanaman kekurangan unsur phosfat, maka tanaman akan berwarna kemerahan dan disekitar tanaman akan muncul gulma (rumput-rumputan) di sekitar tanaman yang memiliki daun berwarna ungu.

Lalu, jika tanaman kekurangan unsur hara kalium pada daun tua kelihatan bintik – bintik merah seperti orang panuan dan kalau gejala sudah berat maka bercak tersebut akan membesar. Terakhir yang harus diperhatikan jika tanaman kekurangan unsur boron, maka mengalami proses pembuahan yang lama terjadi.

“Artinya memang tanaman membutuhkan pupuk NPK untuk pertumbuhan suatu tanaman, tapi tanaman juga membutuhkan pupuk boron untuk proses pembuahan, dan inilah yang disebut 4 sehat 5 sempurna,” jelas Dadang.

Melihat pentingnya pupuk boron, menurut Dadang karena pupuk boron diperlukan bagi tanaman untuk proses pembuahan. Untuk itulah ada istilah tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran serta tepat tempatnya. “Sehingga jika pupuk NPK diperlukan untuk tanaman proses pembesaran, sedangkan pupuk boron untuk proses pembuahan,” ucap Dadang.

Baca Juga:  PANJA SAWIT DPR-RI DIUSULKAN NAIK JADI PANSUS

Namun, Dadang mengingatkan pentingnya pemupukan dalam proses pembesaran hingga pembuahan maka petani jangan sampai tertipu oleh oknum penjual pupuk palsu. Sebab harus diakui dengan terus tumbuhnya komoditas perkebunan di Indonesia, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk mengeruk keuntungan dengan menjual pupuk palsu.

Disisi lain, Dadang menghimbau, memang tanaman perkebunan sebaiknya menggunakan pupuk slow release mengingat tanaman perkebunan adalah jenis tanaman tahunan, dan bahkan ada juga tanaman perkebunan yang ditanam dilahan gambut, tapi bukan berarti pupuk tersebut tidak larut jika terkena air.

Sehingga, walaupun pupuk tersebut dikatakan slow release tetap harus larut jika diaduk dengan air. Itulah yang harus dipahami oleh petani agar tidak tertipu oleh oknum penyebar pupuk palsu. Jadi untuk membedakan pupuk palsu dengan yang tidak sangatlah mudah.

Contoh, ambilah setengah botol air putih, lalu masukan pupuk yang akan diaplikasikan untuk tanaman. Lalu dikocok selama 2 – 3 menit lalu didiamkan sebentar. Kemudian lihatlah hasilnya, jika pupuk tersebut mengendap didasar atau tidak larut, kemungkinan pupuk tersebut adalah pupuk palsu.

Kalaupun dikatakan pupuk tersebut adalah pupuk slow release maka didamkan salama 1 – 2 hari lalu diaduk lagi jika pupuk tersebut tidak larut maka pupuk slow release tersebut adalah pupuk palsu. Sebab meskipun pupuk tersebut adalah pupuk slow release tetap akan larut jika terkena air.

“Jadi yang namanya pupuk meski slow release tetap akan larut jika terkena air hanya saja pelarutanan lama,” ungkap Dadang.

Melihat hal ini, Dadang mengingatkan, pentingnya pemupukan pada tanaman, maka jangan sekali-kali mengecewakan petani. Sebab jika petani sampai diberikan pupuk palsu oleh pelaku pupuk maka bukan tidak mungkin petani tidak tidak akan percaya.

Baca Juga:  Penguatan dan Percepatan Sarpras dalam Perbaikan Tata Kelola Sawit rakyat

“Maka bisa dikatakan bisnis pupuk ini adalah bisnis kepercayan. Sekali kita memberikan yang terbaik kepada petani dengan pembuktian hasil yang memuaskan maka petani akan melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran. Namun sebaliknya jika petani dibohongi maka selamanya petani tidak akan percaya lagi,” pungkas Dadang. YIN