Pagar Alam, mediaperkebunan.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemnparekraf/Baparekraf) mendorong kopi menjadi produk unggulan yang mampu membangkitkan ekonomi daerah dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya, salahsatunya di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan kopi robusta pagar alam memiliki rasa yang unik karena ditanam di ketinggian 1000 – 1600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Menariknya, kopi robusta ini biasanya ada di ketinggian 100 meter ke bawah. Tapi, ini saya baru nyoba di 1000 sampai 1600 meter. Dan ternyata, saat saya mencicipi cita rasanya sangat unik. Ini salah satu yang ingin kita kedepankan. Jadi, menurut saya ini layak untuk kita dorong,” kata Sandiaga.
Sandiaga juga mendukung agar pemerintah daerah segera melakukan uji petik pada tahun depan sehingga kota ini bisa masuk ke dalam ekosistem Kabupaten/Kota Kreatif.
“Saya tadi sudah berkoordinasi agar tahun depan difasilitasi uji petik, sehingga nanti terpilih subsektornya. Syukur-syukur kopi, karena kopi ini sangat ikonik di sini, ini bisa kita dorong dan nanti setelah mengikuti uji petik dan ditetapkan kota kreatif, ini bisa diikutsertakan di Indonesia Creative City Network dan sampai bisa ke tingkat dunia melalui UNESCO,” kata Sandiaga.
Lebih lanjut, tingginya pasar kopi maka Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kemeterian Pertanian (Kementan) terus mendorong produksi kopi guna memenuhi pasar, baik didalam ataupun luar negeri.
Saat ini produksi kopi nasional mencapai 774,70 ribu ton yang terdiri dari produksi kopi Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 769 ribu ton atau 99,33 persen dan produksi kopi Perkebunan Besar (PB) sebesar 5,67ribu ton atau 0,67 persen. Semua kopi tersebut tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan produktivitas 817 kilogram (kg)/hektare (ha).
“Produksi kopi yang dihasilkan sebagian besar di ekspor dengan volume ekspor tahun 2021 sebesar 382,93 ribu ton dan memberikan kontribusi devisa senilai Rp. 12,35 T atau penghasil devisa sektor perkebunan terbesar kelima setelah kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Andi Nur Alamsyah.
Andi menjelaskan perolehan devisa yang ada saat ini belum mencerminkan kontribusi nilai optimal, mengingat sebanyak 98,01 persen kopi yang diekspor masih dalam bentuk produk primer atau kopi biji dengan kualitas ekspor didominasi 70 persen oleh mutu sedang sampai rendah grade IV hingga VI. Kendati demikan, Kementan sejak tahun 2020 mulai menggenacarkan Kegiatan BUN500 yakni penyediaan benih uggul bermutu tanaman perkebunan 500 Juta Batang.