2nd T-POMI
2024, 20 Juni
Share berita:

JAKARTA, mediaperkebunan.id – Industri sawit nasional perlu terus dikawal bersama. Banyak yang bisa dikontribusikan industri sawit dalam menyonsong Indonesia Emas 2045.

“Perlu kepastian hukum dan pengambil kebijakan perlu menghindari peraturan yang cepat berubah serta tumpang tindih,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), M. Hadi Sugeng Wahyudiono, di seminar Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik Dan Eskpor: Urgensi dan Tantangan, di Jakarta, (19/6/2024).

Prsoalan ini dinilai masih menjadi tantangan dan memerlukan perhatian serius. Seharusnya, menurut Hadi, perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan dan dilengkapi perijinan serta memiliki hak atas tanah yang dikeluarkan pemerintah dapat memfokuskan diri pada produksi dan peningkatan produktivitas.

Aalagi, menyongsong Indonesia Emas 2045, kebutuhan minyak sawit untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor akan terus meningkat. Peningkatan ini harus diiringi dengan produksi dan produktivitas.

“Dari proyeksi Kemenko Perekonomian yang dikutip Gapki, produksi minyak sawit menyongsong Indonesia Emas 2045 mencapai 92,44 juta ton,” lanjut Hadi. Angka ini lebih besar hampir dua kali lipat dari produksi di tahun 2024 yang mencapai 59,78 juta ton.

Sayangnya, menurut Hadi, produksi dan peningkatan produktivitas sawit masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. “Dari sisi yield, turun sejak 2010,” katanya. Situasi ini terjadi karena komposisi umur sebanyak 40% termasuk tanaman tua, yang luasnya mencapai 6,57 juta hektare.

Volume ekspor cenderung menurun juga terjadi karena pertumbuhan ekonomi negara pengimpor yang kurang baik dan pasokan minyak nabati lain juga meningkat.

Di sisi lain, menurut Hadi, peningkatan produksi harus semakin diperhatikan mengingat rencana pemerintah baru untuk meningkatkan penggunaan minyak sawit sebagai energi melalui program biodiesel. Ada indikasi bauran minyak sawit akan mencapai 50 persen. Rencana ini pasti akan meningkatkan konsumsi domestik.

Baca Juga:  Harga Sawit Kalsel Naik 5 Persen

“Berdasarkan hasil analisa, apabila supply dalam negeri stagnan dan demand terus bertumbuh dan volume ekspor dipertahankan di atas 30 juta ton per tahun, dalam kurun 5 tahun ke depan akan terjadi kekurangan pasokan untuk memenuhi demand baik dalam maupun luar negeri,” ujar Sekjen Gapki yang sekaligus menjabat sebagai Chief Agronomy dan Sustainability Astra Agro ini. (YR)