2019, 25 Oktober
Share berita:

Masalah utama karet saat ini adalah harga rendah yang berlangsung cukup lama dan fluktuatif dengan tidak ada kepastian dan diperkirakan akan membaik setelah 5 tahun kedepan. Padahal biaya produksi cenderung meningkat, terutama biaya tenaga kerja dan sarana produksi. Karyudi, pakar karet menyatakan hal ini.

Disisi lain produktivitas tanaman dan lahan cukup rendah. Rendahnya SDM untuk panen dan skill terbatas. Diversifikasi produk hilir juga terbatas masih didominasi ban mencapai 70%.

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan lakukan peremajaan tanaman yang kurang produktif dengan klon-klon unggul; penggunaan bahan tanaman yang murni dan berkualitas prima; perbaikan nutrisi secara selektif dan pemanfaatan biomassa di sekitar kebun; mix farming secara intercropping atau block planting dengan tanaman yang memiliki nilai ekonomi.

Penyadapan menggunakan frekuensi rendah, efisiensi biaya dengan pemotongan overhead cost biaya-biaya yang tidak langsung dengan produksi. Tata niaga perlu dilakukan perbaikan rantai pasar.

Peremajaan kendalanya adalah dana. Hal ini bisa diatasi dengan penjualan kayu tebangan karet untuk industri perkayuan, paling tidak biaya untuk tahun pertama, biaya berikutnya dari cash crop tanaman sela.

Sangat diperlukan bantuan bibit dari pemerintah untuk peremajaan karet rakyat melalui gernas. Jarak antara barisan tanaman diperjarang dengan menggunakan sistim double raw.

Pada kondisi harga rendah maka penyadapan diarahkan untuk mendapatkan produksi penyadap yang tinggi sebab biaya eksploitasi 40-60% dari biaya FOB kebun. Penyadapan yang biasanya 3 hari sekali/D3 diubah menjadi D4 dengan pengurangan biaya tenaga kerja 25% dan D5 dengan pengurangan 50%.

Baca Juga:  PABRIK BAN DUNIA PERTANYAKAN KEPASTIAN EKSPOR KARET SUMUT YANG TERTAHAN