2nd T-POMI
2019, 3 Oktober
Share berita:

Sekolah vokasi IPB saat ini mempunyai 17 program studi D3. Tahun ini akan ditingkatkan jadi D4 atau sarjana terapan, sehingga dilakukan pengembangan kurikulum. Tujuannya adalah supaya kualitas lulusan bisa memenuhi tuntutan pasar. Arief Daryanto, Dekan Sekolah Vokasi IPB menyatakan hal ini.

Salah satu pengembangannya adalah akan membuka D3 atau D4 Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan dengan konsentrasi kopi. Dalam hal ini Sekolah Vokasi IPB akan bekerjasama dengan Kopi Kapal Api. Sebelumnya sudah pernah ada yang konsentrasi kelapa sawit.

Tantangan pertanian kedepan salah satunya adalah ketersediaan lahan yang semakin berkurang sehingga kedepan bagaimana berproduksi lebih banyak dengan kualitas lebih baik tetapi dengan lebih sedikit input dan harus lebih sustainable. Adopsi teknologi adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Teknologi pertanian yang diterapkan ke depan harus lebih modern yaitu pertanian 4.0 . “Saya sering mendatangi perusahaan perkebunan. Sebagian besar pertanian 4.0 ini sudah mulai diterapkan. Pemetaan misalnya menggunakan google data, big data analityc untuk menyimpan apa yang telah dilakukan di lahan, penggunaan internet untuk pengambilan keputusan, penggunaan drone sehingga peningkatan produktivitas dapat dilakukan blok by blok,” katanya.

Kedepan dengan Internet of Thing, , big data analytic maka akan dihasilkan pression farming. Aplikasinya adalah traktor yang sudah diberi data lengkap bisa mengerjakan sendiri lahan itu tanpa perlu diprogram, juga alokasi sumber daya seperti pupuk dan pestisida tidak berlebihan. Penggunaan drone sudah biasa.

Kedepan dengan perubahan iklim maka lewat pemuliaan yang berbasis teknologi bisa dihasilkan tanaman yang tahan terhadap cekaman, resisten terhadap penyakit, hanya butuh sedikit input, lebih sustainable. Hal seperti ini akan masuk dalam kurikulum baru.

Baca Juga:  Dorong Industri Pengolahan Kakao Agar Berdaya Saing

Suwarto, Ketua Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan, menyatakan saat ini total mahasiwa yang belajar di prodi ini mencapai 350 orang. Dimulai tahun 1979 sebagai program D1 Pekerja Lapang Perkebunan Terpadu (PLPT) dengan biaya dari Kementerian Pertanian sebanyak 40 mahasiwa untuk menjadi penyuluh di perkebunan. Program berjalan sampai tahun 1988.

Mulai tahun 1988 dibuat program D3 Manajemen Perkebunan , dengan kelas reguler 60-70 mahasiswa pertahun. Pada umumnya alumni bekerja sebagai Asisten Kebun di perusahaan perkebunan. Program ini berjalan sampai tahun 2006.
Tahun 2010 jadi Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan dengan mahasiwa 60-70 orang (beberapa diantaranya dibiayai Minamas) . Pelaksanaan belajar 5 semester di kampus dan 1 semester di perusahaan perkebunan, dipersiapkan untuk menjadi asisten kebun kelapa sawit.

Tahun 2016 sampai sekarang bekerjasama dengan Sugar Company Group (SGC) fokus pada agroindustri gula terdiri dari 15-20 mahasiswa tiap angkatan. Program ini hanya belajar 2 semester di kampus dan 4 semester di perkebunan tebu SGC. Di persiapkan untuk menjadi supervisor di perkebunan tebu. Mahasiswanya adalah putra-putri karyawan SGC.

Tahun 2017 sampai sekarang bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Padang Lawas dengan program D3 karet dan kelapa sawit. Kampusnya terletak di Kabupaten Padang Lawas.

Tahun 2008 sampai sekarang bekerjasama dengan PT Minamas Plantation dengan jumlah mahasiwa 20-25 mahasiwa fokus perkebunan kelapa sawit, dengan 3 semester belajar di kampus dan 3 semester di kebun Minamas. Selain itu Sampoerna Agro memberikan beasiswa ikatan dinas kepada beberapa mahasiwa.

Saat ini masih melakukan penjajakan dengan PT Kapal Api untuk membuat program kekhususan produk kopi.