2nd T-POMI
2019, 23 Februari
Share berita:

Kunjungan Konsorsium Jepang, Taizo Yamamoto dan Sekio Shiraishi dari Eco Support Co. Ltd tidaklah sia-sia. Dari kunjungannya membuahkan hasil bahwa pihak Jepang siap menggandeng Indonesia untuk mengembangkan kelapa sawit dan pisang.

Dalam pertemuan tersebut, keduanyanya menyampaikan laporan penelitian dengan tema “Solution against Global Warming: Cooperation Plan between Japan and Indonesia on Palm Farms Resources”. Laporan dalam bentuk seminar ini digelar di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Atase Pertanian Indonesia, Sri Nuryanti, mengatakan acara ini dihadiri oleh sebanyak 80 orang dari kalangan akademisi, peneliti, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan dan Biro Kerjasama Luar Negeri Kementan.

“Nah, yang menjadi daya tarik Eco Support adalah soal teknologi Sustainable Gas Turbine Combined Cycle (S-GTCC) yang telah dipatenkan dan juga digunakan di Universal Studio Osaka, Jepang,” kata Sri

Tidak hanya itu, menurut Sri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga akan melakukan penandatanganan Letter of Intent (LOI) dengan pihak Eco Support. Penandatanganan tersebut sebagai bentuk kesepahaman yang menjadi landasan kerjasama penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan dalam industri sawit yang diselenggarakan kedua pihak di masa yang akan datang.

“Jadi, kedepan BPPT akan bertindak sebagai supervisor untuk kerjasama dari ketiga pihak tersebut. Rencananya LOI ini akan ditandatangani pada akhir bulan Februari. Selanjutnya Eco Support akan menyelenggarakan simposium dengan tema kelapa sawit di Osaka pada minggu kedua bulan Maret,” jelas Sri.

Selanjutnya, Sri mengatakan, rangkaian acara diisi dengan seminar Focus Group Discussion (FGD) yang akan diselenggarakan pada bulan April mendatang. Penyelenggaraan ini bertujuan untuk penajaman pemahaman para pemerhati energi di Jepang melalui seminar di Osaka dan di KBRI Tokyo.

Baca Juga:  Tidak Semua Wilayah Terkena Dampak El Nino

“Eco Support dan Japan Engineering Federation akan melakukan review hasil FGD dan serangkaian seminar yang diselenggarakan lalu bertandang ke Indonesia untuk melakukan aksi nyata memberi dukungan pada kerjasama dengan PTPN II dan PPKS,” terang Sri.

Sebab, Sri mengakui, mengembangkan ada banyak manfaat dalam pengembangan kelapa sawit. Diantaranya teknologi pembangkit energi bebas limbah dan berbahan baku sawit ini rencananya akan dipresentasikan tim konsorsium Jepang dalam G20 Summit Conference di Osaka pada tanggal 28 hingga 29 Juni 2019.

“G20 Summit Conference ini akan mengusung tema Appeal Chance for S-GTCC: Design to the Future Society where Life Sparkles,” terang Sri.

Potensi Pasar Tepung Pisang
Tidak hanya kelapa sawit, Sri membenarkan pihakny juga akan berinvestasi pada komoditas pisang. Hal ini seperti uang terlihat pada kunjungan manajemen Joint Company Research Institute yang diwakili Kato Yosuke.

“Kedatangan Kato bermaksud untuk memperoleh informasi investasi di Indonesia, khususnya pada bidang hortukultura. Kato memerlukan lahan untuk membudidayakan tanaman pisang kepok dan juga mendirikan pabrik pengolahan tepung pisang dengan kapasitas produksi 10 ton/bulan,” ujar Sri.

Untuk itu, kata Sri, kapasitas produksi tepung tersebut setifaknya diperlukan pisang segar sebanyak 50 hingga 60 ton/bulan. Nantinya, tepung pisang ini akan diekspor ke Jepang.

“Ijin ekspor tepung pisang asal Indonesia ke Jepang sufah kami peroleh, sehingga rencana investasi ini akan memperluas akses pasar produk tepung pisang asal Indonesia ke Jepang,” ucap Sri.

Bahkan, Sri mengatakan, selain akan berinvestasi untuk agribisnis pisang kepok, Kato juga mencari sumber produksi tepung tapioka dari Indonesia. Menurut Kato, tepung tapioka ini digunakan sebagai bahan baku minuman bernilai tinggi di Jepang. Lebih jauh Kato menanyakan perihal perijinan dan mekanisme kepemilikan lahan bagi investor asing di Indonesia.

Baca Juga:  Poltek CWE Berikan Sertifikasi Kompetensi pada 100 Taruna Sawit

Semua pertanyaan itu dijelaskan oleh Attani bahwa untuk penanaman modal asing di subsektor hortikultura maksimal 30 persen dari total nilai investasi. Untuk itu, Kato harus mempunyai partner usaha di Indonesia.

Berdasarkan laporan Attani, kebutuhan data dan informasi yang diperlukan bagi Kato terkait rencana investasi tersebut, antara lain, kriteria lahan, mengingat ekspor produk tepung pisang ke Jepang harus punya akses yang baik ke pelabuhan ekspor baik udara maupun perairan.

“Oleh karena itu, kami meminta data dukung yang lengkap dari pihak Kato untuk disampaikan kepada Kementerian Pertanian guna menjembatani rencana investasi tersebut,” tutur Sri.

Sebab, Sri membenarkan, “Dengan berinvestasi di Indonesia, kita berharap ke depan dapat memenuhi permintaan impor tepung pisang dengan produk yang memenuhi standar kualitas dan peraturan pelabelan di Jepang.” YIN