2nd T-POMI
2024, 5 Juni
Share berita:

Hama tikus merupakan salah satu hewan yang dapat merusak tanaman di perkebunan kelapa sawit, baik yang baru ditanam ataupun tanaman yang belum menghasilkan buah. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit menjadi rusak dan pertumbuhannya terhambat sehingga dapat mengakibatkan tanaman sawit mati. 

Penting untuk dilakukan pengendalian hama tikus agar tidak merusak perkebunan kelapa sawit lebih lanjut. Oleh karena itu, Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (p3pi) dan Media Perkebunan mengadakan online training yang membahas bagaimana cara yang tepat untuk mengendalikan perkebunan kelapa sawit sesuai dengan prinsip berkelanjutan dengan mengundang Ir. Murdiyanto sebagai trainer. Lalu bagaimana cara mengendalikannya? Yuk simak artikel di bawah ini!

Perkembangbiakan Hama Tikus

Tikus merupakan hewan pengerat yang memakan segala (omnivora). Dilansir dari bptbun-pontianak-ppid.pertanian.go.id, serangan tikus pada tanam kelapa sawit yang baru ditanam akan mengakibatkan kematian tanaman. Hal ini disebabkan tikus menyerang pelepah hingga titik tumbuh tanaman.

Sedangkan pada tanaman sawit yang telah menghasilkan buah, tikus akan mengakibatkan penurunan hasil produksi dari segi kuantitas maupun kualitas buah yang dihasilkan. Tikus akan menyerang tandan buah segar dan memakan buah jantan sehingga meningkatkan kandungan Free Fatty Acid (FFA) dan menurunkan produksi Crude Palm Oil (CPO).

Tikus berkembang biak dengan sangat cepat karena sepasang tikus jantan dan betina akan berkembang tiap 2 bulan dan menghasilkan 8 keturunan. Keturunan tikus ini akan berkembang menjadi tikus dan siap kawin dalam waktu 4 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu tahun sepasang tikus akan mereproduksi sebanyak 386 anak.

Murdiyanto menjelaskan bahwa populasi tikus per hektarnya akan mencapai 106 – 578 ekor. Rata-ratanya jumlah tikus pada perkebunan kelapa sawit akan mencapai 300 tikus per hektar dengan umur sawit antara 2 – 36 tahun. Tikus biasanya membuat sarang di perkebunan kelapa sawit pada tanah, tumpukan daun pelepah, mahkota dekat TBS, dan batang bekas pelepah.

Baca Juga:  WPLACE 2017: Ajang Pertemuan Perkebunan Indonesia

Kerusakan dan Kerugian Ekonomi yang Ditimbulkan

Secara umum, tikus menyerang perkebunan kelapa sawit pada semua tahapan dan mempunyai dampak yang besar dalam produksi CPO dan KPO. Serangan tikus pada fase pre nursery akan merusak bibit, fase pembibitan utama akan merusak pelepah muda, pada tanaman yang belum menghasilkan akan merusak pelepah dan bunga, dan pada tandan buah segar (TBS) tikus akan merusak buah sebesar 5% – 10%.

Tikus yang menyerang tanaman kelapa sawit saat belum menghasilkan akan menyebabkan kematian tanaman sampai 20% – 30%. Hal ini dikarenakan tikus menyerang pelepah sampai titik tumbuh tanaman. Dampaknya akan membutuhkan penanaman ulang sehingga diperlukan biaya tambahan dan menyebabkan tertundanya masa panen.

Sedangkan pada tanaman yang telah menghasilkan, tikus akan membuat kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan menjadi menurun sehingga membuat produksi CPO dan KPO menurun. Serangan ini akan mengakibatkan kehilangan CPO hingga 235 liter / ha / tahun dan kehilangan KPO hingga 200 liter / ha / tahun.

Tiga Cara Pengendalian

Dalam paparannya, Ir. Murdiyanto menjelaskan bahwa terdapat tiga cara pengendalian hama tikus yang dapat dilakukan di perkebunan kelapa sawit yang ramah pada lingkungan. Ketiga cara tersebut adalah dengan manajemen fisik dan mekanis (physical & mechanical management), manajemen biologi (biological control),  manajemen kimiawi (chemical management). 

Manajemen fisik dan mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan teknik repelling dengan menggunakan suara ultrasonik, gelombang elektromagnetik, dan sinar ultraviolet. Kemudian untuk teknik killing dapat dilakukan dengan cara penghalang, perangkap, blanketing, krompyangan dan gropyokan.

Manajemen biologi untuk pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan memanfaatkan predator, patogen, dan kompetitor yakni tikus lain. Predator yang dapat digunakan untuk menyerang tikus adalah ular tikus (ptyas korros), burung hantu putih (tyto alba), garangan (herpestes javanicus), dan kucing. 

Baca Juga:  ISPO Diakui WTO

Manajemen tikus dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan memberikan umpan beracun (rodentisida), asap beracun (fumigan), bahan penarik (atraktan), bahan penolak (repelen) dan bahan pemandul (kemosterilan). Bahan racun yang dapat digunakan adalah zinc phosphide, cholecalciferol, nobormide, brodifakum, bromadiolon, flokumafen, kumatetralil, dan warfarin. Umpan yang diberikan kepada tikus haruslah menarik untuk tikus dan tidak menarik untuk hewan lain, selain itu juga harus mudah di dapat dan mudah dicampur dengan racun.