2nd T-POMI
2021, 27 Juli
Share berita:

Bogor, Mediaperkebunan.id

Sebaran penyakit gugur daun Pestalotiopsis semakin meluas. Mekanisme pengendalian yang ada saat ini perlu diperbaiki keefektifannya. Diperlukan kolaborasi semua stake holder dalam bentuk Konsorsium Pestalotiopsis tingkat nasional. Iman Yani Harahap, Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara menyatakan hal ini.

Diperlukan penelitian lebih mendalam mengenai biologi patogen, epidemiologi, manajemen pengendalian dan pengembangan klon karet yang resisten. Konsorsium pestalotiopsis perlu untuk membangun data dan informasi mengenai sebaran serangan penyakit di setiap wilayah, sharing mekanisme pengendalian dan dampaknya serta penyusunan sistem peringatan dini.

Kejadian pertama dilaporkan tahun 1975 di pembibitan karet Malaysia, sedang serangan pertama di Indonesia dilaporkan tahun 2016 di Sumatera Utara, tahun 2019 serangan sudah mencapai 382.000 di Indonesia, 72.100 ha di Thailand, 20.000 ha di Sri Lanka dan 22.005 ha di Malaysia. Tahun 2020 luas serangan di Thailand 122.537 ha dan India 300 ha.

Di Indonesia sudah menyerang 13 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. Semua klon yang direkomendasikan peneliti juga terkena. Tingkat penurunan produksi karet berkisar antara 15-41%.

Pengendalian Pestalotiopsis menurut Risal Andika, dari Pusat Penelitian Karet Indonesia adalah dengan menjaga keragaan dan kesehatan tanaman lewat pemupukan. Pemupukan 100% anjuran + 25% N dan K. Tanaman yang terkena Pestalotiopsis menujukkan kondisi hara tidak optimal.

Respon pemupukan tanaman karet tergantung pada kondisi tanaman karet seperti umur, status hara tanah dan tanaman. Analisa hara tanah dan daun sebagai dasar perhitungan dosis pupuk dan menentukan prioritas pemupukan.

Tri Rapani Febbiyanti, peneliti Pusat Penelitian Karet menyatakan selain pemupukan perlu aplikasi fungisida ketika 10-15% daun muda terbentuk. Aplikasi lewat fogging dan semprot gawangan, spraying, dusting. Fungisida yang bisa digunakan adalah Mancozep, Difenoconazol, Heksaconazol, Benomyl, Triadimefon, Thiophanatel-methyl.

Baca Juga:  Kementan Dukung Penuh Kerjasama JICA, Puslitkaret dan UI Untuk Atasi Gugur Daun Karet

Fogging dilakukan dengan 500 cc bahan aktif + 1 liter air + 4 liter solar + 100 cc emulgator, 1x aplikasi/2 ha, pelaksanaan pada malam hari saat ada embun. Semprot gawangan total 2 cc/liter air digunakan pada pagi hari.

Iklim berpengaruh pada penyakit ini, pada curah hujan dan kelembaban tinggi maka intensitas serangan akan tinggi. Klon GT 20 dan PB 260 yang paling rentan terkena sedang yang paling tahan DPM 24.

Penyakit Pestolotiopsis ini akan selalu ada setiiap tahun dan perlu dilakukan pengendalian. Perlu adanya jejaring dan kolaborasi berbagai pihak untuk berhasilnya suatu teknologi pengendalian.