2nd T-POMI
2024, 15 Februari
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Grafik produksi gula Indonesia cenderung sama setiap tahunnya. Produksi gula meningkat pada pertengahan Mei, saat musim giling tebu dimulai, dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Dari bulan Oktober sampai November, proses penggilingan sudah mulai berakhir. Pada praktiknya sering terjadi ketidaktepatan waktu impor dengan kebutuhan sehingga mengakibatkan fluktuasi harga gula yang tidak stabil. Bernadetta Raras Indah Rosari, Direktur Supply Chain Management dan Information Technology ID FOOD menyatakan hal ini.

Industri gula Indonesia menghadapi fluktuasi signifikan dalam permintaan dan pasokan. Pada puncak musim giling terjadi kelebihan pasokan, sehingga harga turun. Pada awal tahun pasokan berkurang karena produksi berhenti sehingga harganya naik, karena permintaan tetap stabil bahkan naik.

Harga gula di Indonesia sangat tergantung pada dinamika permintaan dan pasokan. Kelebihan pasokan menurunkan harga, sedangkan penurunannya membuat harga naik. Perubahan ini mempengaruhi keputusan produsen, distributor dan konsumen, menciptakan tantangan dan peluang dalam mengelola keseimbangan antara pasokan dan permintaan sektor gula Indonesia.

Untuk memprediksi pasokan dan permintaan mendatang perlu menggunakan AI yaitu dengan memasukan data 20 tahun teakhir (2002-2020) pada machine learining (training) . Dirjen Perkebunan memasok data produk nasional yaitu volume (ton), bulanan dan perlokasi pabrik. Dewan Gula Indonesia memasok data permintaan  volume, harga, bulanan, perlokasi. Kemendag memasukkan data impor yaitu volume, bulanan dan pelabuhan masuk. Data  perdagangan gula mentah dunia yaitu harga global pertahun.  Dari data ini maka AI bisa melakukan prediksi, harus dievaluasi kembali apakah akurat atau tidak.

Hasil prediksi akurat 97,8% sehingga setelah pola permintaan dan penawaran bisa diprediksi , setiap pemangku kepentingan dapat menyusun langkah untuk mendukung ketahanan gula nasional dan kesejahteraan petani dapat diukur dan dicapai dengan lebih komprehensif.

Baca Juga:  Tingkatkan Daya Saing, RNI Gandeng IPB Garap Kerjasama Pendidikan dan Penelitian

ID FOOD sudah memanfaatkan IT dari hulu sampai hilir. Penggunanan GIS (Sistim Informasi Geografis) geospatial untuk pemetaan wilayah. Dengan menggunakan drone RTK, drone aplikasi kebun, web-based service analysis dan unit pelayanan jasa drone kepada mitra/tebu rakyat.

Penggunaan pertanian presisi dengan drone untuk pemupukan. Di lahan HGU digunakan optimasi pengairan untuk tanaman dengan memanfaatkan teknologi boom spayer dan manajemen sumberdaya air. Safari (smart farming id food) merupakan dash board integrasi aplikasi pertanian pintar 3 anak perusahaan ID Food yaitu Rajawali I, Rajawali II dan Candi Baru. Ruang lingkup mencakup administrasi, perencanaan, proses budidaya, permintaan biaya, panen dan pasca panen.

Potensi digiltalisasi industri gula adalah sistim optimasi antrian truk  berdasarkan tingkat rendemen awal. Untuk truk yang memiliki potensi rendemen tinggi berdasarkan video regocnition dan nilai brix, akan didahulukan masuk ke pabrik untuk menghindari penurunan kualitas karena panjangnya antrian.

Dengan aplikasi digital lelang gula (Dilan) proses lelang menjadi lebih mudah dan terjangkau oleh pembeli, memungkinkan penawaran kompetitif dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasok gula. Selain itu terdapat Digital Touch Point (DTP) market.idfood.co.id untuk e-commerce B2B produk ID Food yang dilengkapi SCF.

Portal Arlita digunakan sebagai platform logistik terpadu, untuk pemesanan kendaraan dan sewa gudang baik dry dan cold storage. Arlita digunakan sebagai media integrated logistik ID Food group dan industri.