2nd T-POMI
2024, 8 Juni
Share berita:

JAKARTA, mediaperkebunan.id – Potensi produksi kopi Indonesia yang terus meningkat perlu dimanfaatkan pelaku industri pengolahan kopi dalam negeri untuk memacu nilai tambah, sehingga dapat mendongkrak kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi.

Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, Indonesia menjadi produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam. Pada 2022 – 2023, Indonesia memproduksi kopi sebanyak 11,85 juta kantong, yang meliputi kopi arabika sekitar 1,3 juta kantong dan kopi robusta hingga 10,5 juta kantong.

“Kementerian Perindustrian terus mendorong pertumbuhan industri pengolahan kopi, termasuk untuk skala industri kecil dan menengah (IKM),“ ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, seperti dikutip Sabtu (8/6/2024). 

Lebih lanjut Agus Gumiwang mengatakan, upaya yang telah dilakukan Kemenperin dalam pengembangan industri pengolahan kopi agar bisa berdaya saing, antara lain memfasilitasi bantuan peralatan produksi, program peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), serta program promosi melalui kegiatan pameran di dalam dan luar negeri 

Mengenai langkah untuk peningkatan kompetensi SDM industri pengolahan kopi, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) telah menyelenggarakan Program Diklat 3 in 1. Dalam program ini, peserta diklat bisa mendapatkan tiga manfaat sekaligus, yakni dilatih, disertifikasi, dan ditempatkan pada industri yang membutuhkan.

“Kemenperin mengimplementasikan pola pelatihan yang bertujuan untuk memberikan pembekalan keterampilan bagi para tenaga kerja yang didasarkan pada kebutuhan dunia industri saat ini,” ujar Kepala BPSDMI, Masrokhan.

Salah satu program Diklat 3 in 1 yang dilaksanakan adalah “Upskilling Pengolahan Kopi untuk IKM”, yang digelar di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan pada 3-9 Juni 2024.

“Kabupaten tersebut merupakan salah satu daerah penghasil kopi Robusta dan Arabika. Wilayah penghasil kopi di Bantaeng tersebar di Kecamatan Tompobulu, Eremerasa, Bantaeng, Sinoa, dan Uluere,” ungkap Masrokhan.

Baca Juga:  Gandeng Asosiasi Hilir Sawit, Forwatan Salurkan Bantuan

Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, pelatihan vokasi industri berbasis kompetensi sistem 3 in 1 ini merupakan wujud nyata kolaborasi yang dilakukan antara pemerintah dengan industri. Program pelatihan ini terlaksana atas sinergi dan peran aktif sejumlah pihak, mulai dari pemerintah, mitra industri dan asosiasi, serta masyarakat pada umumnya. (YR)