2nd T-POMI
2024, 28 Juni
Share berita:

BANDUNG, mediaperkebunan.id – Di tengah semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi industri teh global sejak Pandemi Covid 19, upaya menjaga keberlanjutan mesti dilakukan. Inovasi dan kolaborasi adalah kunci dalam mengatasi tantangan kompleks industri teh global.

Demikian dikatakan Kepala Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK Gambung) M. Akmal Agustira dalam lokakarya teh internasional. Lokakarya yang diselenggarakan PPTK di bawah naungan PT Riset Perkebunan Nusantara ini bertema “Inovasi dan Kolaborasi untuk Keberlanjutan Industri Teh” (Innovative and Collaboration for Sustainability of Tea Industry), di Bandung, Kamis (27/6/2024).

Lokakarya internasional ini merupakan kolaborasi dengan Ethical Tea Practices (ETP) dan didukung oleh Dewan Teh Indonesia (DTI).  Peserta yang hadir berasal dari berbagai stakeholder teh khususnya Indonesia mulai dari produsen (PBN, PBS dan perkebunan rakyat), para pengolah/ industri hilir, brand owner, buyer/trader serta packer, UMKM teh, dan berbagai asosiasi dan komunitas.

Lokakarya Teh Internasional ini bertujuan untuk mengeksplorasi, mengelaborasi, meningkatkan kolaborasi serta memperluas diseminasi teknologi dan inovasi serta berbagai lesson learn dan best practices di lapang.

“Tujuan lokakarya ini untuk menjajaki inovasi untuk keberlanjutan teh dan mensosialisasikan proyek kerjasama pengembangan teh global,” ujar Akmal.

Sementara itu, Direktur Regional ETP Rachid Boumnijel, menekankan komitmen ETP terhadap kemitraan dan pengaruh kebijakan untuk menyelesaikan isu keberlanjutan teh, terutama teh Indonesia.

Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara Dr. Iman Yani Harahap, menyoroti tantangan produksi teh di Indonesia, dengan menekankan pentingnya mengurangi penggunaan pestisida sintetis dan memperbaiki rantai nilai teh.

Komisaris PT Riset Perkebunan Nusantara, Sjukrianto Yulia, menyerukan praktik pertanian berkelanjutan untuk melindungi lingkungan dan mendorong kolaborasi untuk masa depan industri teh yang berkelanjutan.

Baca Juga:  Kinerja Holding Perkebunan-PTPN III Melesat

Lokakarya berlangsung dua sesi. Sesi pertama membahas inovasi dan tren pasar dalam industri teh, daya saing,  meningkatnya popularitas teh dan pentingnya memenuhi permintaan konsumen akan rasa, manfaat kesehatan dan implikasi Residue Maksimum atau MRLs pada perdagangan teh, dan mitigasi residu serta kontaminan dalam teh, dan pentingnya kontrol kualitas yang ketat terhadap standar keamanan.

Sebelum sesi kedua membahas membahas kondisi dan tantangan teh global serta kunci-kunci keberlanjutan industri teh global, inovasi produk teh, dan Carbon Project on Tea yang disampaikan Veronika Ratri dari Business Watch Indonesia. 

Sementara itu Ketua Umum DTI Dr. Rachmad Gunadi menegaskan, pentingnya dukungan regulasi dan kebijakan yang untuk melindungi keberlangsungan ekosistem industri dan bisnis teh serta pentingnya sinergi bersama dalam menerapkan standar keberlanjutan teh nasional.

Workshop ditutup dengan penandatanganan MoU antara ETP dengan PPTK Gambung, serta ETP dengan DTI.  (YR)