2nd T-POMI
2020, 12 Februari
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Defisit gula konsumsi langsung akan terjadi pada tahun 2020 apabila tidak ada tambahan dari gula impor. Budi Hidayat, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia, menyatakan hal ini didampingi Dwi Purnomo Putranto, Sekretaris Eksekutif; Yadi Yusriadi dan Colosewoko, tenaga ahli pada Sugar Outlook 2020, Rabu (12/1).

Berdasarkan stok awal sekitar 1,084 juta ton pada tahun 2020 dan diperkirakan produksi gula hanya 2.050 juta ton serta perkiraan konsumsi gula sebesar 3,163 juta ton, maka neraca pada akhir tahun 2020 apabila tidak ada impor gula akan mengalami defisit sebesar 29.000 ton.

Untuk pemenuhan pada tahun 2020 dan persiapan awal tahun 2021 diperkirakan awal tahun 2021 diperlukan impor gula untuk konsumsi langsung sebesar 1,33 juta ton. Impor ini setara dengan raw sugar 1,4 juta ton.

Untuk memenuhi kebutuhan GKP maka kalau izin impor diberikan pada PG BUMN waktu datangnya harus tepat pada waktu akhir musim giling. Kalau diluar musim giling biaya pengolahannya akan besar sekali.

Tahun ini stok gula sedikit, sehingga harga gula di pasar naik. Mendapatkan gula retail di mini market, swalayan saat ini mulai agak susah. Harganya juga sudah diatas HET yang Rp12.500/kg tetapi sudah Rp13.000-14.000/kg.

Sebentar lagi akan hari raya Idul Fitri. Kalau impor terlambat maka harga gula pada hari raya akan stabil tinggi. Izin impor tahun 2019 untuk GKP adalah 495.000 ton atau 500.000 lebih raw sugar. Izin impor yang sudah keluar 233.000 ton sedang yang sudah realisasi 116.000 ton.

Kalau tidak ada tambahan impor maka gula semakin langka dan bisa terjadi rebutan GKP antara untuk konsumsi rumah tangga dan industri terutama hotel, restoran dan katering. Impor diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akhir 2020 dan awal 2021 sebelum musim giling.

Baca Juga:  Bulog Siap Membantu KPK Membongkar Mafia Gula

Kebutuhan GKP adalah 200.000 ton/bulan. Pada hari raya tambahan kebutuhan 150.000/bulan dan kebutuhan Sumatera 100.000 ton maka stok awal tahun 2021 harus 1,3 juta ton. Kalau stok hanya 900.000 – 1 juta ton maka harga akan naik.