2024, 23 Maret
Share berita:

JAKARTA, mediaperkebunan.id – Jika Kementerian Pertanian mempunyai program Kastria penaman padi gogo di lahan sawit. Sebuah perusahaan besar sawit Wilmar Group melalui PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus berkomitmen menjalin kemitraan dengan petani padi melalui Farmer Engagement Program (FEP).

Rice Business Head PT WPI Saronto mengakui, dana urusan beras berasal dari keuntungan dari bisnis sawit. Meski begitu tidak ada keuntungan dalam urusan beras.

“Kami hanya berupaya membantu petani beras. Karena perekonomian mereka tidak seperti petani sawit yang sudah sejahtera,” ujar Saronto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (23/3/2024).

Saronto menuturkan, pihaknya merambah ke bisnis beras mulai 2021 melalui kerjasama dengan petani seluas 617 hektare (ha). Tampaknya kemitraan itu berjalan positif ditandai penambahan luas lahan,

Hingga Februari 2024, luas lahan kemitraan dengan petani mencapai 20 ribu ha, tersebar di 19 kabupaten di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Peningkatan luas lahan kemitraan dengan petani tersebut bertambah signifikan dari semula  yang hanya 8.903 ha pada 2023. Hingga Februari 2024 lalu, perusahaan telah menggandeng  16.928 petani.

“Program tersebut dapat berjalan dengan baik juga karena dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan agri input dan gabungan kelompok tani (Gapoktan),” jelas Saronto.

Dalam program itu, lanjut Saronto, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama berupa agri input, yaitu asuransi pertanian serta sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerjasama  pemerintah daerah yang memberikan subsidi untuk petani. Selain itu, perusahaan juga menggandeng perusahaan asuransi milik pemerintah dan swasta.

Kedua, kata Saronto, penerapan good agriculture practices (GAP). Berdasarkan pengalaman di lapangan, peningkatan produksi gabah petani rata-rata sebesar 15 persen setelah mendapat pendampingan.

Baca Juga:  GAPKI dan PWI Kerjasama Tingkatkan Kompetensi Jurnalis

Menurut Saronto, pihaknya berharap kemitraan dalam FEP dapat meningkat menjadi 30 ribu ha hingga akhir tahun ini. Hal itu diharapkan dapat sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan produksi gabah dalam negeri. “Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan,” katanya. 

Saronto menambahkan, WPI juga memanfaatkan produk samping (by product) menjadi produk hilir yang dapat memberikan nilai tambah, seperti, bekatul, kulit, menir dan sekam. Produk samping tersebut dapat dimanfaatkan tepung beras hingga bahan bakar pengganti batu bara karena nilai kalorinya tinggi. (*)