Jakarta, mediaperkebunan.id – Musdalifah Mahmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian mengungkapkan, Prof Bungaran Saragih sebagai tokoh nasional yang selalu mendorong sektor pangan dan agribisnis Indonesia menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
“Pemikiran Prof. Bungaran Saragih terkait sistem dan usaha agribisnis didasari pada karakteristik berdaya saing, berkerakyatan, terdesentralisasi dan berkelanjutan. Ini merupakan prinsip-prinsip dasar utama untuk mewujudkan pembangunan pertanian bagi peningkatan kesejahteraan petani serta memenuhi kebutuhan industri pangan Indonesia,” ungkap Musdalifah pada Webinar Bedah Buku Suara Agribisnis : Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih.
Musdalifah menjelaskan bahwa Bungaran Saragih menciptakan paradigma baru soal pembangunan pertanian melalui pendekatan agribisnis. “Agribisnis merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian,” ujar Musdalifah.
Kemudian, lanjut Musdalifah, unsur utama pembangunan agribisnis meliputi dunia usaha skala mikro, kecil, menengah, besar. “Pemerintah merupakan fasilitator dalam mewujudkan pembangunan agribisnis tersebut,” jelas Musdalifah.
Sistem agribisnis meliputi: subsistem primer (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) yang didukung secara terintegrasi oleh subsistem: Input, groindustri, pemasaran dan jasa penunjang yang mengubah sumber daya menjadi produk-produk agribisnis.
“Pemikiran Prof. Bungaran Saragih sangat relevan dengan kebijakan pembangunan pertanian Nasional saat ini dan masa mendatang, terkait sistem dan usaha agribisnis melalui peran aktif stakeholder,” ungkap Musdalifah.
Menurut Musdalifah, pangan dan agribisnis menjadi salah satu motor penggerak dalam perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.
Di tengah sektor lain berkontraksi negatif pada masa pandemi Covid, justru sektor pangan dan pertanian berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional. “Sehingga kita bisa menyakini aktivitas perekonomian sangat tergantung dengan sektor pertanian,” jelas Musdalifah.
Musdalifah menegungkapkan,” bahwa sektor pertanian adalah salah satu sektor penyelamat perekonomian Indonesia. Pasalnya sektor ini dapat menahan laju kontraksi ekonomi nasional yang lebih dalam lagi,” ujar Musdalifah.
Bayu Krisnamurthi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University menambahkan, strategi pembangunan ekonomi nasional agribisnis atau tepatnya sistem dan usaha agribisnis memang sangat melekat dengan sosok Bungaran Saragih.
“Hingga kini, selama lebih dari 25 tahun, pak Bungaran tetap konsisten menulis, menjawab wawancara, mengajar, memberi seminar dan berkotbah tentang agribisnis,” kata Bayu.
Sementara itu, entara itu, Menteri Pertanian periode 2000-2004, Prof. Bungaran Saragih mengungkapkan, prospek agribisnis tahun ini masih menjanjikan karena permintaan komoditas pertanian masih tinggi di tengah pandemi Covid-19.
“Apabila Covid ini bisa mereda dibandingkan tahun lalu dan perekonomian kita bisa tumbuh lebih bagus dari tahun 2020. Maka prospek agribisnis akan semakin besar karena permintaan produk agribisnis dari sektor hulu dan hilir masih terbilang tinggi,” bahas Bungaran.
Ditambah peningkatan pendapatan nasional, menurut Bungaran, permintaan produk-produk agribinsis akan meningkat. “Meskipun prospeknya tidak sebaik tahun 2019, tapi pasti lebih baik dari tahun lalu,” ungkap Bungaran.
Bungaran pun berharap, ini akan menjadi harapan dan menciptakan optimisme kepada para pelaku agribisnis. Namun tantangan masih akan tetap ada.
“Tantangan kita masih klasikal yang masih itu-itu juga yakni sistem agribisnis kita masih terkotak-kotak, on farm, off farm dan jasa penunjangnya. Sistem masih mencari bentuknya untuk bisa terkordinir dari mulai hulu sampai hilirnya. Ini belum bisa kita selesaikan hingga kini,” harap Bungaran