Jakarta, mediaperkebunan.id – Indonesia memiliki banyak varietas kelapa dengan daya hasil, kuantitas, dan kualitas yang sangat cocok digunakan sebagai bahan baku industri kelapa terpadu. Kelapa sendiri memang Kelapa merupakan sebuah komoditas yang dagingnya memiliki nilai ekonomis tinggi. Terlihat dari produk-produk turunannya seperti minyak goreng, virgin coconut oil (VCO), santan, dan lain sebagainya.
Hengky Novarianto selaku Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Tanaman Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bahkan menyatakan bahwa keanekaragaman genetik kelapa di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan menjadi varietas unggul. Hal tersebut disampaikan pada Webinar Strategi Peningkatan Produktivitas Dan Keberlanjutan Perkebunan Kelapa pada Jumat (28/02) yang diadakan oleh BRIN Indonesia.
“Sebenarnya kalau petani bisa bermitra dengan industri kelapa, mereka dapat memperoleh income yang tinggi. Misalnya kelapa genjah yang memiliki batang pendek tapi buahnya banyak, sangat cocok untuk bisnis kelapa muda dan produksi gula kelapa,” ujar Hengky.
Lebih lanjut, beberapa varietas kelapa genjah yang disebut sudah dilepas di Indonesia antara lain Genjah Kuning Bali, Genjah Kuning Nias, Genjah Baja, Genjah Salak, Genjah Entog Kebumen, Genjah Kuning Kopyor, Genjah Hijau Kopyor, Genjah Coklat Kopyor, Genjah Cungap Merah Kopyor, Genjah Pandan Wangi, Genjah Merah Bali, Genjah Hijau Erabolo, dan Genjah Jingga Ganda.
Namun, yang mengkhawatirkan dari fenomena ini adalah jumlah benih kelapa di Indonesia yang sangat terbatas.
“Indonesia diduga sebagai pusat keanekaragaman plasma nutfah kelapa terbesar dalam sumber genetik. Sayangnya, jumlah benih di Indonesia sangat terbatas,” kata Hengky.
Indonesia sendiri masuk ke dalam The International Coconut Genetic Resources Network (COGENT) yang di dalamnya menaungi 39 negara produsen kelaoa. Dimana, 98% produksi kelapa global bertujuan untuk memperkuat kerjasama Internasional dan memanfaatkan sumberdaya genetik kelapa. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki produktivitas kelapa dan meningkatkan kesejahteraan hidup petani kelapa.
Menurut Hengky, Indonesia memiliki 500 aksesi bibit kelapa, tapi pada kondisi ini lembaga dan instansi mana yang berwenang harus melakukan koleksi dan konservasi plasma nutfah kelapa?
“Indonesia kaya akan keanekaragaman plasma nutfah kelaoa, tetapi statusnya saat ini menjadi kurang jelas dan tidak lagi di-maintenance, dikaraterisasi, dan dimanfaatkan untuk pemuliaan kelapa,” katanya lagi.
Melanjutkan Hengky, Ismail Maskromo yang juga merupakan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN memiliki menawarkan beberapa solusi terkait fenomena ini.
Banyak dimiliki oleh perkebunan milik rakyat, luas areal perkebunan kelapa kian lama semakin berkurang seiring dengan berkurangnya produktivitas.
Namun, menurut Ismail saat ini perusahaan swasta sudah mulai melek akan potensi komoditas kelapa yang secara pemanfaatan dan kooperatif lebih menguntungkan dari sawit.
“Dari kondisi berkurangnya luas areal, produksi, dan produktivitas, yang diperlukan adalah fokus pada peremajaan. Kalau mengembangkan kelapa, perlu diperhatikan produk apa yang ingin dikembangkan. Masing-masing kelapa memiliki spesifikasi pengembangan dan tujuan pemanfaatan yang dihasilkan,” ujar Ismail.
Strategi Penyediaan Benih Kelapa Indonesia
Berikut ini adalah lima strategi penyediaan benih kelapa yang perlu dilakukan dilakukan:
1. Identifikasi, evaluasi, pendaftaran, dan pelepasan varietas unggul lokal
Mengoptimalkan setiap prioritas genetik kelapa yang ada di Indonesia agar mendapatkan prioritas unggul di setiap daerah dan sertifikasinya bsai disebarkan ke seluruh wilayah.
2. Pembangunan Kebun Induk Benih Sebar oleh Pemerintah dan Swasta
Hal ini penting untuk dilakukan karena varietas kelapa yang sudah dilepas harus bisa dibesarkan dengan pembangunan kebun induk. Sehingga, kepastian dan kemurnian terhadap varietas terkait dapat dijamin sepenuhnya.
“Harapannya, tidak hanya pemerintah yang melakukan perubahan konsentrasi dalam program berbagai anggaran perkebunan. Tetapi swasta juga terlibat agar jaminan keberlanjutan pembangunan dan pemeliharaan benih kelapa sinkron,” kata Ismail.
Menurutnya, perusahaan swasta yang mau membangun kebun induk juga memerlukan perhatian pemerintah.
3. Pembangunan Kebun Induk Benih Penjenis oleh Swasta Didampingi Pemulia
“Benih sejenis kalau diambil saja dengan varietas yang kita lepas, perlu memilih dari populasi dan dilakukan pemurnian dengan penyerbukan sendiri,” kata Ismail.
Pemurnian genetik kelapa pada tahap ini dapat dilakukan oleh swasta sehingga niainya lebih tinggi dari benih sebar.
4. Perakitan dan Pembangungan Kebun Induk Kelapa Hibrida Baru
Hal ini diharapkan bisa lebih baik penerapannya karena hibrida memerlukan riset perakitan dan dibawa ke kebun induk untuk memenuhi kebutuhan.
5. Perbanyak Massal Kelapa Unggul dan Eksotik
Menurut Ismail, tahap satu sampai empat di atas dapat dilengkapi dengan merode memperbanyak massal kelapa unggul dan eksotik.
Sebuah data menyebutkan, hanya 3,2% benih tersedia untuk mendukung peremajaan seluas 15% dari total tanaman kelapa yang perlu diremajakan. Dalam hal ini, kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta dalam memperbanyak benih unggul kelapa sangat diperlukan. Supaya dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan kelapa di Indonesia.