Jakarta, Mediaperkebunan.id
Salah satu upaya untuk meningkatkan harga karet adalah mendorong petani bergabung lewat UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar). Saat ini UPPB yang sudah berkembang ada di Sumsel, Jambi dan Kalsel, sedang daerah lain kurang berkembang. Dedi Junaedi, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan, Ditjen Perkebunan, menyatakan hal ini.
Petani yang tergabung dalam UPPB menerima insentif harga yang lebih baik sehingga tetap mempertahankan kebun karetnya. Sedang petani di Sumsel sudah mulai menanam porang di sela-sela tanaman karetnya.
Perbedaan harga UPPB dan non UPPB relatif besar. Harga rata-rata Agustus 2020 non UPPB Rp5.199/kg UPPB Rp7.891/kg sedang harga Agustus 2021 non UPPB Rp8.847/kg UPPB Rp11.658/kg. Kadar Karet Kering UPPB rata-rata 50-55%.
Untuk mengembangkan UPPB maka harus ada sinergi dan kolaborasi semua pemangku kepentingan yaitu Ditjen Perkebunan, dinas perkebunan provinsi, dinas perkebunan kabupaten, kelompok petani karet, pabrik karet, dinas perindustrian, dinas perdagangan dan perbankan. Bila satu saja komponen ini tidak mendukung maka UPPB akan susah berkembang.
Beberapa UPPB saat ini sudah melakukan kemitraan. Beberapa UPPB juga sudah bekerjasama lintas kabupaten dan provinsi. Salah satunya Apkarkusi (Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi) yang saat ini sedang dalam proses untuk resi gudang.
Data Ditjenbun Sampai Desember 2020 jumlah UPPB yang sudah dibentuk 651, yang sudah teregistrasi 496 sedang yang belum 156. Sumsel dengan luas karet 870.144 ha, produksi 804.768 ton petani 386.852 KK ada 310 UPPB yang teregistrasi 279. Sedang industri ada 30 pabrik CR dengan kapasitas 1,889 juta ton 1 pabrik lateks dengan kapasitas 140.000 ton dan 2 pabrik RSS dengan kapasitas 7.000 ton.
Kalsel dengan luas 200.805 ha, produksi 145.089 ton petani 171.660 KK punya 159 UPPB teregistrasi 152, punya 10 pabrik CR 293.000 ton. Jambi dengan luas 396.825 ha, produksi 262.831 ton, petani 134.362 KK punya 57 UPPB teregistrasi 9 ada 13 pabrik CR dengan kapasitas 644.000 ton.
Kalteng dengan luas 293.441 ha, produksi 125.921 ton, petani 170.455 KK UPPB 47 teregistrasi 33 ada 6 pabrik CR kapasitas 336.000 ton. Riau luas 329.461 ha, produksi 291.909 ton, petani 171.648 KK ada 41 UPPB teregistrasi ada 8 pabrik CR 297.000 ton. Kalbar luas 391.672 ha, produksi 236.031 ton, petani 278.814 KK, 16 pabrik CR kapasitas 533.000 ton, 1 pabrik RSS 7.000 ton.
UPPB di daerah lain Kaltim 10 teregistrasi 1, Jateng 5 teregistrasi semua, Sumut 4 belum teregistrasi, Sumbar 2 teregistrasi 1. Lampung, Bengkulu, Aceh masing-masing 1 belum teregistrasi.
Syofinal , Ketua Koperasi Apkarkusi menyatakan semua UPPB di Kabupaten Kuantan Singingi bergabung dalam Apkakursi dan melakukan sistim pemasaran bokar dengan cara lelang yang diikuti oleh 27 buyer dari Sumut, Sumbar, Riau, Jambi dan Sumsel. Apkarkusri juga masuk dalam industri hilir dan saat ini yang sudah berjalan adalah vulkanisir ban.