Jakarta, mediaperkebunan.id – Selain hasil tambang nikel, ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang tetap perkasa membuat Indonesia mencatatkan surplus dalam perdagangan atau perniagaan dengan negara lainnya sepanjang bulan Mei 2025.
“Kinerja ekspor membaik seiring meningkatnya harga komoditas utama seperti besi baja, logam mulia, nikel, dan CPO,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dalam keterangan resmi yang dikutip Mediaperkebunan.id, Kamis (3/7/2025).
Kata pria yang akrab disapa Mendag Busan ini, pada bulan Mei 225, permintaan ekspor CPO dan nikel meningkat. Pihaknya juga menilai proses normalisasi perdagangan pascalibur Idul Fitri juga turut mendorong ekspor.
Pernyataan Mendag Busan tampaknya senada dengan paparan resmi pihak Badan Pusat Statistik (BPS) yang menegaskan kalau nilai ekspor Indonesia pada periode Januari–Mei 2025 mencapai US$ 111,98 miliar atau naik 6,98 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
Sejalan dengan total ekspor, BPS merilis kalau nilai ekspor nonmigas, termasuk CPO, yang mencapai US$ 106,06 miliar juga naik 8,22 persen.
Nilai ekspor Indonesia Mei 2025 mencapai US$ 24,61 miliar atau naik 9,68 persen dibanding ekspor Mei 2024. Ekspor nonmigas, termasuk CPO, pada Mei 2025 mencapai US$ 23,50 miliar, naik 11,80 persen dibanding Mei 2024
Mendag Busan mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 mencatatkan surplus sebesar USD 4,30 miliar, naik tajam dibandingkan surplus April 2025 yang hanya sebesar USD 0,16 miliar.
Sementara secara kumulatif, surplus perdagangan Indonesia pada periode Januari–Mei 2025 mencapai USD 15,38 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 13,06 miliar.
Dia mengatakan pencapaian ini menandai keberlanjutan tren surplus selama 61 bulan berturut-turut, terutama sejak Mei 2020 atau saat dunia masih dilanda pandemi Covid-19.
Dirinya mengungkapkan kalau surplus Mei 2025 terutama didorong oleh meningkatnya surplus nonmigas, dari USD 1,51 miliar pada April menjadi USD 5,83 miliar.
“Sementara di saat yang sama, ekspor dari sektor migas masih mencatatkan defisit sebesar USD 1,53 miliar,” ujar Mendag Busan.
Ia melanjutkan, surplus nonmigas Mei 2025 sebagian besar disumbang oleh perdagangan dengan beberapa negara mitra utama.
Surplus tertinggi dicatatkan dalam perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD 1,86 miliar, disusul India USD 1,32 miliar, dan Filipina USD 0,77 miliar.
Dari segi ekspor, Mendag Busan menyampaikan, ekspor Indonesia pada Mei 2025 mencapai USD 24,61 miliar, tumbuh 18,66 persen dibanding April 2025 (MoM) dan tumbuh 9,68 persen dibanding Mei 2024 (YoY).
Kenaikan ini terutama didorong ekspor nonmigas yang naik 20,07 persen, meskipun ekspor migas turun 4,99 persen.
Sektor industri pengolahan, terutama berbagai produk berbasis kelapa sawit, mendominasi ekspor nonmigas dengan kontribusi 84,07 persen, disusul pertambangan dan lainnya (13,23 persen), serta pertanian (2,70 persen).
Secara bulanan, ekspor pertanian naik 32,16 persen, industri pengolahan naik 23,89 persen, sementara pertambangan turun 1,14 persen (MoM).
Tiga komoditas nonmigas utama dengan pertumbuhan ekspor tertinggi pada Mei 2025 yakni logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) yang naik 86,30 persen; lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 42,08 persen; serta mesin dan peralatan mekanis (HS 84) 39,35 persen.
Dilihat dari negara tujuan, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menjadi tiga pasar utama ekspor nonmigas dengan nilai total USD 9,81 miliar,atau 41,75 persen dari total ekspor nonmigas nasional.
Sementara negara tujuan ekspor dengan lonjakan tertinggi secara bulanan, antara lain, Italia dengan kenaikan 78,50 persen, Australia (54,53 persen), Korea Selatan (36,76 persen), Belanda (32,05 persen), dan Amerika Serikat (31,48 persen).
Secara kumulatif, total ekspor Indonesia Januari–Mei 2025 tercatat USD 111,98 miliar, tumbuh 6,98 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan ditopang oleh ekspor nonmigas yang naik 8,22 persen menjadi USD 106,06 miliar, sedangkan ekspor migas turun 11,26 persen menjadi USD 5,92 miliar.
“Pencapaian ekspor ini menunjukkan ketahanan sektor perdagangan Indonesia. Kami akan terus memperkuat ekspor bernilai tambah dan memperluas akses pasar ke berbagai negara mitra,” tegas Mendag Busan.