Bandung, Mediaperkebunan.id – Fungi mikoriza arbuskular (FMA) adalah fungi yang bermitra dengan akar tanaman membentuk hubungan simbiosis mutualisme. FMA termasuk kedalam filum Glomeromycota yang terdiri dari 27 genus. Lebih kurang 345 spesies fungi telah diidentifikasi tergolong FMA. Manfaat mikoriza arbuskular adalah meningkatkan serapan hara dan air tanaman. Maria Viva Rini, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung menyatakan hal ini pada 2nd ISGANO 2025 yang diselenggarakan Media Perkebunan dengan P3PI.
Mikoriza antagonis dengan patogen karena berkompetisi ruang dan nutrisi; penguatan struktur dinding sel akar dengan lignin dan kalosa; produksi senyawa metabolit sekunder yaitu fenol, flavanoid, alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan patogen; peningkatan aktivitas enzim pertahanan yaitu perosidase, polifenol, kitinase yang dapat membantu merusak dinding sel patogen; stimulasi mikroba menguntungkan : PGPR dan fungi antagonis; menghasilkan eksudat akar (anti fungal, anti bakteri) yang menghambat patogen.
Sudah 350 bakteri yang diisolasi dari spora FMA. Ada 10 bakteri yang menghambat patogen tanaman. Beberapa FMA mampu memproduksi enzim ekstraseluler dan komponen bioaktif sehingga dapat menghambat patogen tanaman, dapat membantu mengambil nutrisi mineral dan memodifikasi pertumbuhan akar tanaman.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan FMA. Secara alami FMA terdapat di daerah perakaran kelapa sawit. Populasi atau jenis FMA rendah akibat praktek budidaya yang tidak ramah lingkungan. Karena itu perlu meningkatkan FMA di perakaran kelapa sawit , baik di bibitan, kebun TBM dan TM.
Supaya tanaman memperoleh manfaat dari FMA maka akar tanaman dikolonisasi oleh FMA dan terjadi simbiosis. Beberapa faktor mempengaruhi keberhasilan simbiosis, adalah faktor biotik yaitu jenis tanaman inang, jenis FMA, mikrobiota tanah. Sedang faktor abiotik kandungan P dalam tanah, pH tanah,tekstur dan struktur tanah, cahaya dan suhu.
Penting untuk menseleksi FMA yang sesuai untuk tanaman inang tertentu termasuk kelapa sawit. Tahapan penghasilan inokulum FMA adalah sampel tanah dari kebun kelapa sawit, kultur traping, kultur spora tunggal, kultur multi spora inokulum FMA, seleksi FMA untuk kelapa sawit.
Kultur traping dilakukan dengan samel tanah disimpan dalam pot 250 g yang diisi pasir dan zeolit, diatasnya sample tanah dan diberi kecambah sawit sehingga akar berasosiasi. Kultur spora tunggal adalah dengan menginokulasi 1 spora ke akar tanaman inang kemudian dipelihara, hasilnya adalah isolat murni FMA.
Kultur multi spora tujuan memperbanyak inokulum FMA dari kultur spora tunggal menggunakan pot yang lebih besar. Teknik sama dengan kultur spora tunggal tetapi menggunakan spora FMA dalam julmlah banyak. Dapat diuji jenis tanaman inang, media tanam, volume pot untuk keberhasilan kultur. Seleksi isolat FMA untuk menentukan jenis FMA yang paling sesuai untuk kelapa sawit.
Penelitian Unila menunjukaan Gigaspora sp isolat MV 16, Glomus sp isolat MV 7 dan aplikasi keduanya secara bersamaan terbukti meningkatkan bobot kering batang dan akar pada bibit kelapa sawit umur 9 bulan. Demikian juga Entrophospora sp isolat MV 3 dan MV 12; Glomus sp isolat MV 4,11 dan 13.