Jakarta, Mediaperkebunan,id
Uni Eropa mentargetkan jadi benua netral iklim pada tahun 2050. Tahun 2030 emisi ditargetkan turun 55% dibanding tahun 1990. Hukum Iklim Eropa ini mulai berlaku sejak Juni 2021. HE Vincent Piket, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia menyatakan hal ini dalam virtual press briefing “Fit for 55 Climate Change , What does it mean for Indonesia ?’
Semua sektor ekonomi di Uni Eropa harus menyesuaikan dan memenuhi tantangan ini dengan cara adil, hemat dan kompetitif lewat proposal Fit it for 55 Climate Change, diantaranya terkait tata guna lahan, perubahan tata guna lahan dan regulasi lahan.
Bioenergi, yaitu energi yang berasal dari biomassa seperti produk samping pertanian, limbah atau gangang)berkontribusi pada penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan dekarbonisasi Uni Eropa tetapi harus digunakan secara berkelanjutan. Komisi Eropa mengusulkan kriteria baru yang tepat untuk menghindari penebangan hutan yang tidak lestari dan melindungi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi.
Khusus kelapa sawit tidak ada proposal baru sehingga mengikuti kerangka kerja legislasi yang sudah ada. EU saat ini melakukan studi baru mengumpulkan data pengaruh semua tanaman penghasil bioenergi terhadap Indirect Land Use Change (perubahaan penggunaan lahan tidak langsung). Study masih berjalan dan belum selesai.
Hasil study ini akan dibawa pada semua stake holder untuk diobservasi. Hasilnya akan dibawa pada Parlemen Eropa yang akan membuat regulasi terkait hal ini.
“Kami sadar sawit ini sangat sensitif bagi Indonesia. Tetapi yang paling utama adalah sampai saat ini Eropa masih membeli minyak sawit Indonesia dan Indonesia juga masih mengekspor. Harga fluktuatif sesuai harga global karena Eropa merupakan pasar yang terbuka,” katanya.
Apakah sawit berpengaruh terhadap deforestasi baik langsung atau tidak langsung merupakan pertanyaan yang sulit dijawab. Kinerja Indonesia dalam pengurangan deforestasi sudah bagus, tetapi artinya bukan deforestasi sudah berhenti dan reforestasi sudah berjalan. Masih banyak pekerjaaan rumah yang harus dilakukan, terutama terkait pekebun tentang deforestasi ini.
Heinrette Faergermann, Fisrt Counsellor for Climate Change and Environment at the Delegation of the Euorepean Union to Indonesia menyatakan Uni Eropa dan Indonesia sudah banyak bekerjasama dalam minyak sawit berkelanjutan. Diantaranya dalam pembuatan dokumen minyak sawit berkelanjutan, program terpecaya yang menunjukkan bagiamana minyak sawit berkelanjutan diproduksi pada level areal juridiksi.
Lewat program KITA EU, Indonesia dan Malaysia bekerjasama membangun indikator keberlanjutan. Kerjasama dilakukan sampai level paling bawah untuk mendorong Indonesia memproduksi minyak sawit berkelanjutan.