Palembang, Mediaperkebunan.id
Tumpang sari karet dengan tanaman semusim secara teknis menguntungkan pertumbuhan tanaman karet dan secara ekonomis mendukung peningkatan pendapatan usaha tani karet. Sahuri, Peneliti Agronomi Pusat Penelitian Karet Indonesia menyatakan hal ini dalam webinar yang diselenggarakan Pusat Penelitian Karet.
Pertimbangan utama dalam intercroping ini adalah memilih sistim tumpang sari yang cocok, saluran pasar, ketersediaan tenaga kerja dan keamanan. Tujuan utama tumpang sari adalah membuat frekuensi kunjungan petani semakin meningkat. Pada tanaman perkebunan semakin dikunjungi maka akan semakin berhasil.
Tujuan lainnya adalah memanfaatkan areal di gawangan karet, menambah penghasilan tiap satuan luas tanah, memberikan penghasilan sebelum tanaman karet menghasilkan. Kriteria tanaman sela karet adalah tidak lebih tinggi dari karet; sistem dan perakaran dan tajuk yang menempati horizon tanah dan ruang atas tanah yang berbeda; bukan merupakan tanaman inang bagi hama dan penyakit karet; pengelolaanya tidak menyebabkan kerusakan tanaman karet atau tanah.
Tumpang sari dilakukan pada peremajaan karet dengan jarak tanam tunggal hanya bisa dilakukan 1-2 tahun saja, setelah tahun ketiga hanya tanaman tertentu yang bisa karena tajuk karet sudah tertutup. Pengalaman penelitian Puslit Karet dan petani menunjukkan tumpang sari membuat kandungan organik tanah tinggi karena sisa tanaman semusim jadi pupuk organik. Pemupukan pada tanaman semusim juga berakibat baik pada karet karena ikut dipupuk.
Puslitkaret sudah melakukan penelitian tumpang sari karet dengan nenas, jagung manis, cabai rawit, kedelai, padi gogo, jagung, sorgum, kacang tanah, kacang tunggak, pisang, kacang panjang. Sedang pada tahun ketiga tumpang sari masih bisa dilakukan dengan tanaman yang tahan naungan yaitu kunyit, temulawak, kapulaga dan yang sedang populer sekarang porang.
Sedang bila tumpang sari karet dengan tanaman semusim bila ingin dilakukan permanen, metode peremajaan yang dipilih adalah dengan jarak tanam ganda. Areal terbuka dengan sistim ini cukup luas sehingga pengolahan tanah harus menggunakan alat mesin pertanian. Populasi karet sendiri mencapai 400 batang/ha.
Pada pola ini Puslit Karet sudah melakukan tumpang sari karet dengan pisang, tebu juga dengan tanaman tahunan kelapa sawit dan kakao. Sedang petani Musi Rawas melakukan tumpang sari karet dengan jagung, tebu dan cabai. Petani di Tanah Laut dan Tabalong tumpang sari karet dengan padi gogo, cabai dan jagung. Petani di Muba tumpang sari karet dengan gambir.
Tanaman karet sendiri pertumbuhan lilit batangnya lebih cepat juga matang sadapnya. Hanya produktivitasnya sama dengan yang melakukan monokultur. Tumpang sari jarak tanam ganda jauh lebih menguntungkan.
Soleh, Kepala Bidang Sarana Pertanian Perkebunan Dinas Pertanian Tabalong menyatakan, Pemda Tabalong sejak tahun 2017 memperkenalkan tumpang sari ini pada peremajaan tanaman karet. “Pada awalnya susah sekali tetapi kita membuat demplot. Petani percaya dan sekarang banyak petani sudah menerapkannya. Program Pemda Tabalong dinamakan Program Peremajaan Karet Rakyat Pola Supradin (Sistim Usaha Perkebunan Rakyat Diversifikasi dan Intergrative),” katanya.
Luas kebun karet di Kabupaten Tabalong adalah 69.505 ha yang tersebar di 12 kecamatan, 28,43% dari luas kebun karet Kalimantan Selatan yang mencapai 244.421 ha. Pola tanam karet ada dua yaitu jarak tanam tunggal 6 m jarak antara baris dan 3 m jarak antara tanaman dengan populasi karet 550 tanaman, sedang Supradin jarak tanam ganda jarak antara baris ganda 18 m, baris sempit 2 m dan antara tanaman 2,5 m dengan populasi tanaman 400 /ha.
Tanaman tumpang sarinya adalah padi gogo, jagung komposit, cabai besar dan tomat. Karena luas lahan terbuka cukup besar petani karet yang melakukan peremajaan mendapat bantuan alsintan untuk mengolah tanah. Tanpa alsintan petani tidak akan mampu mengolah tanah.
Petani mendapat banyak keuntungan dengan pola ini. Padi gogo yang ditanam adalah varietas lokal, panen pada tahun pertama 2,3 ton/ha, kedua 2,3 ton/ha dan ketiga 1,9 ton/ha. Harga jualnya adalah Rp7000/kg sedang jadi beras Rp15.000/kg. Beras dengan varietas rindu menangis ini sangat disukai masyarakat Tabalong yang lebih suka nasi pera daripada yang pulen.
Sedang tomat dengan produksi 15 ton/ha petani mendapat tambahan pendapatan Rp30 juta/bulan. Demikian juga cabai menjadi penghasilan harian petani. Pemasaran tidak masalah karena tengkulak datang sendiri ke kebun. Dengan adanya tanaman hortikultura ini petani yang biasanya setelah peremajaan mencari pekerjaan lain sekarang sibuk di kebun karetnya.