2022, 4 Oktober
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Tingginya permintaan akan komoditas perkebunan tidaklah main-main. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa pada bulan Agustus 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) di 27 Provinsi Indonesia mengalami kenaikan. Adapun komoditas penyumbang kenaikan NTP ini berasal dari subsektor perkebunan.

Menanggapi hal terebut, maka Koperasi Desa Ekspor Indonesia (KDEI) mengajak petani memperbaiki mutu vanili atau emas hijau serta mendorong produk hilisasinya, terlebih permintaan akan vanili terus meningkat baik didalam ataupun luar negeri.

Terbukti, Direktur KDEI, Mahdalena pun mengakui bahwa, pihaknya kini telah mengekspor vanili ke Jepang sejak November 2021 hingga sekarang, meski kuantitas masih sekitar 30-50 kilogram (kg)/bulan. Selama ini produk vanili dipasarkan dalam bentuk polong kering.

“Kini kami sedang mengembangkan produk turunan seperti tepung, extrak dan pasta vanili skala home made. Produk tersebut lanjutnya, siap dipasarkan pertengahan Oktober 2022. Saat ini sudah ada pemesanan 500 botol/bulan/item di pasar lokal,” ungkap Mahdalena.

Menurut Mahdalena, sebagian besar masyarakat Indonesia perlu lebih mengenal vanili alami Indonesia ditengah munculnya vanili sintetis. Untuk itu pihaknya terus mengedukasi sambil terus memasarkan vaniila alami Indonesia.

Selain itu KDEI aktif mendampingi petani untuk memperbaiki mutu vanilli. Sebagai gebrakan perdana di pulau Flores, Kelompok Tani dan UMKM Kab. Manggarai Barat telah berhasil membuat vanilla dengan kualitas ekspor sebanyak 15 – 20 kg dan diterima oleh pasar Jepang melalui pendampingan pasca panen oleh KDEI dan YDBA.

Balai Karantina Pertanian Tingkat II Ende – NTT juga mendukung pasar vanilla sebagai program gratieks. Pihak Karantina mengadakan Bimteks Akselerasi Ekspor vanilla di Kabupaten Sikka – NTT dengan peserta dari pelaku UMKM dan petani vanili. “Kami sangat mengapreasiasi dan senang sekali karena Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan aktif membantu promosi produk vanili petani ke luar negeri,” kata Mahdalena.

Baca Juga:  Ciri - Ciri Bibit Vanili yang Bagus untuk Ditanam

Salah satu kegiatan promosi melalui Pameran ODICOFF November 2021 lalu. Saat itu menurut Mahdalena, tidak hanya mempromosikan kopi, teh, kakao, kelapa dan rempah-rempah, tetapi ada sampel produk vanili yang turut di bawa ke Maroko, Denmark, Mesir, UEA, Serbia, Belanda dan lainnya, dan terjual sekitar 8 kg vanilla beans.

Sehingga untuk memperbaiki mutu dan peningkatan produksi di Hulu, Mahdalena mengatakan, pihaknya berkolaborasi dengan komunitas petani vabili agar aktif mendampingi Poktan di daerahnya masing masing. Pendampingan dilakukan melalui kunjungan di desa terdekat, sarana whatsapp group, melalui video call atau zoom di kebun petani.

“Saat ini anggota yang tergabung di media sosial facebook mencapai 43.400 orang, baik itu petani, penggemar tanaman vanili, penjual, pembeli atau sekedar peminat vanili saja,” jelas Mahdalena.

Namun Mahdalena mengingatkan, ha yang tak kalah penting adalah hilirisasi pengembangan komoditas vanili pasca panen dan pasar yang luas. Sebab, dampaknya dapat membantu ketahanan ekonomi keluarga petani, pemberdayaan perempuan saat pasca panen dan membuka lapangan kerja millennial khusus produk turunan. “Saya berharap kedepannya ekosistem bisnis vanilli dari hulu ke hilir dapat terintegrasi,” harap Mahdalena.

Ditempat yang berbeda, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan saat ini dari komoditas perkebunan unggulan lainnya yang harga raw materialnya saja sudah tinggi adalah vanili. Harga, kisaran basah mencapai Rp 300-800 ribu/kg, apalagi vanila kering kualitas ekspor bisa mencapai diatas Rp 3 juta/kg.

Menurut Andi Nur, potensi ini yang perlu digarap bersama. Di hulu, perlu dilakukan penataan kebun. Selain itu, juga aspek keamanan kebun yang menjadi titik sentral. Dari sisi mutu dan pascapanen harus diperbaiki.

“Vanili Indonesia ini saya rasa tidak perlu energi besar untuk mencari Buyer, hanya perlu sedikit sentuhan branding sudah laku terjual, karena buyer tahu vanili Indonesia berkualitas di atas 2,75 persen kadar nya, bahkan Vanila Alor bisa mencapai diatas 3 persen,” kata Andi Nur.

Baca Juga:  Ciri-ciri Bibit Vanili Unggul Siap Tanam

Andi Nur mendukung kemitraan ekspor yang harus digali petani milenial ditiap sentra produksi. Niscaya, dari petani milenial tersebut, produksi vanili Indonesia mampu menguasai 80 persen lebih pasar vanili dunia. “Ini harapan saya,” ujar Andi Nur.

Hal senada dikatakan Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Baginda Siagian, bahwa potensi pengembangan budidaya dan pasar vanili sangat menjanjikan karena kebutuhan dunia cukup besar (bisa mencapai 8-10 ribu ton/tahun), tetapi produksi terbatas, hanya 5-6 ribu ton/tahun. Saat ini hanya Indonesia, Madagaskar, PNG, Meksiko dan China yang merupakan 5 besar produsen vanili dunia.

Tantangan lain adalah industrialisasi produk di Indonesia yang belum berkembang luas walaupun potensi daerah penghasil vanili cukup banyak, NTT salah satu unggulan vanili Indonesia. “Kedepan, solusi kemitraan produksi dan ekspor bisa menjadi solusi berkembangnya hilirisasi vanili di Indonesia dan Ditjen Perkebunan akan berada di scope tersebut untuk mendukung hilirisasi yang berkelanjutan,” pungkas Baginda.