Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, tapi janganlah mencari keuntungan dengan mempengaruhi petani dengan menyebar kabar tidak benar.
Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian menyayangkan ada sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) nakal yang mencoba menyebarkan isu tidak benar ke masyarakat atau petani perkebunan. Diantaranya yaitu dengan mengatakan isu kepada petani bahwa terdapat pupuk bersubsidi yang dipalsukan
Menurut Gamal, upaya LSM yang menyebar isu yang tidak benar tersebut bisa dikatakan masuk ke dalam tindak pidana, karena sudah merusak salah satu penyuplai pupuk bersubsidi. “Tindak tegas segala sesuatu yang tidak jelas. Apalagi mengatakan ada pupuk palsu. Yang berhak menyatakan palsu atau bukan adalah labolatorium bukanlah LSM,” tegasnya (19/1).
Terbukti, berdasarkan penelusuran di lapangan bahwa pupuk yang bersubsidi bukanlah pupuk palsu. Hal ini karena sebelum pupuk tersebut disalurkan ke petani, PT Sucofindo selaku perusahan yang bergerak dibidang riset yang dilengkapi oleh labolatorium sudah melakukan pengujian terhadap pupuk yang dituding palsu itu.
Jika LSM menganggap bahwa pupuk bersubsidi tersebut palsu dengan alasan pupuk tidak langsung larut jika diaduk dengan air, tidak berdasar. Karena memang seperti itu karakteristik pupuk perkebunan. Berbeda dengan karakteristik pupuk untuk tanaman pangan calidad finasteride con el envio yang memang harus langsung larut dengan air. Hal ini karena usia tanaman pangan hanya semusim atau sekitar 3-6 bulan saja, sedang tanaman perkebunan usianya mencapai tahunan.
Pupuk untuk tanaman perkebunan terutama untuk pengakaran tanaman perkebunan itu memang harus slow release. Hal ini bertujuan agar pupuk dapat terserap maksimal oleh tanaman perkebunan yang sifatnya tahunan.
Karakteristik pupuk yang slow release adalah tidak terjadi penguapan (volatisasi, pencucian (leaching), dan hanyut bersama aliran permukaan (run of). Dengan begitu tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan pupuk. “Maka memang seharusnya pupuk untuk perkebunan untuk mempunyai sifat yang slo release,” terang Gamal.
Hal tersebut dibenarkan oleh Prof Sugianta, pakar agronomi dari IPB. Selain ia juga menambahkan bahwa baik tidaknya mutu pupuk tidak ditentukan dari warna pupuk, melainkan dari kandungan di dalamnya yang harus diuji di lab. “Perbedaan warna pupuk merah dengan cokelat tidak serta mununjukan pupuk itu palsu atau tidak,” tambah Sugiyanta. Ibnu