Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian menyiapkan tiga skenario dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia di masa mendatang. Ketiga skenario itu adalah intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pangan.
Kepala Balitbangtan, M. Syakir mengatakan, ketiga skenario itu akan diikutkan dalam peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang tahun ini diselenggarakan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada 28 – 30 Oktober mendatang.
Syakir menuturkan, upaya intensifikasi dilakukan untuk tanaman padi sawah dengan meningkatkan produksi padi sawah melalui teknologi yang dihasilkan Balitbangtan berupa padi “jajar legowo super”. “Padi itu mampu menaikkan produksi 12 ton gabah kering giling menjadi 14 juta ton gabah kering giling,” katanya.
Selain itu, Balitbangtan juga akan meluncurkan inovasi pertanian berupa jagung hibrida bertongkol dua profilik. Varietas jagung itu mampu meningkatkan produksi jagung nasional. Bahkan diyakini jagung jenis tersebut dapat mewujudkan swasembada jagung di tengah keterbatasan lahan jagung.
Sedangkan upaya ekstensifikasi dengan inovasi teknologi yang pada saat HPS nanti akan digelar teknologi untuk aneka komoditas. Untuk upaya diversifikasi pangan juga akan terus disuarakan melalui teknologi pengolahan yang sudah tersedia di Indonesia.
Menurut Syakir, Indonesia memiliki potensi keanekaragaman hayati terbesar nomor dua di dunia. Teknologinya pun sudah hampir sama dengan beras. “Jadi diversifikasi pangan ini bisa mengurai ketergantungan akan sumber karbohidrat berbasis beras,” katanya.
Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-36 nanti mengangkat tema “Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan Mengantisipasi Era Perubahan Iklim”. Pada HPS 2016 ini juga memperkenalkan logo baru yang nantinya akan dipermanenkan. (YR)