Produksi kakao tahun ini diperkirakan hanya 350.000 ton saja, semakin menurun dari 377.000 ton tahun 2015. Kalau tidak ada yang dilakukan maka 3 tahun ke depan produksi kakao tinggal 250.000 ton.
“Padahal kapasitas produksi industri pengolahan semakin bertambah. Saya tadinya pesimis dengan masa depan kakao Indonesia. Tetapi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia rupanya tidak ikut pesimis. Mereka menghasilkan bibit kakao super dan paket teknologinya yang bisa mendongkrak produksi. Saya kembali optimis dengan masa depan kakao Indonesia,” kata Zulhefi Sikumbang, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO).
Askindo menandantangani kerjasama dengan Puslitkoka mengembangkan teknologi PUAS ini, tahun 2017 diharapkan dihasilkan 1 juta bibit kakao super yang akan ditanam di areal seluas 1.000 ha. Setelah itu dibangun pembibitan baru di sentra-sentra produksi kakao sehingga akan lebih banyak lagi yang dihasilkan.
Ditargetkan setiap tahun dihasilkan 20 juta bibit yang ditanam pada areal seluas 20.000 ha. Bila hal ini dilakukan maka dalam lima tahun ada 100.000 ha yang akan meningkatkan produksi kakao secara significant. “Minimal kita bisa memenuhi kapasitas produksi industri pengolahan yang sudah ada,” katanya.
Pujiyanto, peneliti utama Puslitkoka menyatakan paket teknologi PUAS ini terdiri dari 4 komponen yaitu penggunaan bibit kakao SUPER;penggunaan tanaman pelindung sementara dan tanaman pelindung tetap yang produktif; pengendalian terpadu gulma,hama dan penyakit; pemupukan organik dan anorganik; tumpang sari dengan tanaman kompatibel.
Bibit kakao SUPER merupakan bibit kakao unggul hasil sambungan yang menggunakan batang atas kakao unggul dengan batang bawah 2 kakao hibrida sehingga memiliki perakaran 2 kali lebih banyak dari sebelumnya dan mampu mendukung perakaran lebih cepat , panen lebih awal dan hasil lebih tinggi. Produktivitas mencapai 2,5 ton/ha , pada umur 1,5 tahun tanaman sudah berbuah.
Tanaman pelindung sementara untuk TBM adalah pisang, sedang pelindung tetap gamal dan lamtoro. Pengendalian gulma terpadu dilakukan secara manual maupun kimiawi untuk menjamin kondisi kebun tetap terkendali dari organisme penganggu tanaman.
Pemupukan awal menggunakan pupuk organik dan selanjutnya menggunakan kombinasi pupuk organik dan kimia. Tumpangsari menggunakan tanaman produktif lada atau panili yang dirambatkan pada tanaman penaung untuk menjamin ketahanan pendapatan petani dari gejolak harga biji kakao. Tanaman tumpangsari lainnya adalah padi.