Kabupaten Kerinci, Jambi, ternyata memiliki potensi varietas tebu bernilai ekonomi yang sangat penting bagi masyarakatnya. Dengan produk berupa gula merah, pendapatan bersih petani tebu mencapai sebesar Rp 4 hingga Rp 7 juta per bulannya. Nilai itu setara dengan 2-3 kali pendapat petani kelapa sawit saat ini.
Tebu dataran tinggi di Kerinci yang dinamakan Agribun Tebu Kerinci dibudidayakan sejak zaman penjajahan Belanda. Tebu ini berbeda dengan yang ada di Jawa lantaran panennya dilakukan secara selektif. Petani tidak perlu melakukan bongkar ratoon, karena sistem panen melalui tebang pilih.
Teknologi budidaya tebu di Kabupaten Kericin, Jambi, merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat setempat. Karena di sini tebu dibudidayakan di dataran tinggi di atas 1.300 di atas permukaan laut (dpl) dengan sistem tebang pilih dan tanpa bongkar ratton. Rumpun tebu yang jelek pertumbuhannya atau rusak karena serangan tikus dan hama lainnya akan disulam dengan bibit bagal guna mengisi kekosongan ruang.
Panen tebu pertama dilakukan pada umur tanaman 14-16 bulan. Hanya batang tebu yang masak saja yang dipanen. Kriteria masak adalah jika batang sudah berwarna kuning tua. Jadi dalam satu rumpun yang terdiri dari 8-10 batang, ada sekitar 3-4 batang tebu yang masak dan siap dipanen.
Sistem tebang selektif ini ternyata membuat batang muda yang belum dipanen mampu tumbuh lebih besar dibandingkan batang yang telah terpanen. Pada 3 bulan berikutnya, panen bisa dilakukan pada rumpun yang sama dengan meninggalkan anakan atau sogolan muda yang akan dipanen secara bertahap dengan rentang 3 bulan. Dengan cara itu petani mampu melakukan panen tiap minggu sesuai dengan kemampuan tenaga kerja yang mereka miliki.
Dari kultivar yang dibudidayakan, jenis kuning paling dominan dan terpilih. Keragaan kultivar terpilih ini diobservasi di 5 lokasi di tahun 2016, 3 lokasi di wilayah pengembangan lama dan 2 lokasi di wilayah pengembangan baru. Hasil observasi menunjukkan bahwa keragaan kultivar kuning tergolong memuaskan, baik pada wilayah pengembangan lama dan baru.
Rata-rata tinggi tanaman dan diameter tanaman masing-masing 3,4 meter (m) dan 3,7 centimeter. Dengan populasi per petak (10 m x 10 m) 775 tanaman (setara dengan 54.000 tanaman per Ha. Faktor koreksi dan bobot per petak 527 Kg per panen, tiap 4-6 minggu, produktivitas gula merah yang dicapai per Ha per tahun rata-rata sebesar 12,27 ton dengan rendemen 11,4 persen. (Lengkapnya baca Majalah Media Perkebunan)(YR)