Yogyakarta, mediaperkebunan.id – Asosiasi Teh Indonesia (ATI) menyelenggarakan talkshow bertajuk “Kebangkitan Teh Indonesia Melalui Perbaikan On-Farm dan Off-Farm” pada Rabu (22/5/2025) di Jogja Expo Center (JEC). Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya strategis untuk membangkitkan kembali industri teh nasional melalui inovasi teknologi dan peningkatan mutu produksi dari hulu hingga hilir.
Dalam Talkshow Tea Talk 2, Mr. Nishant Garg yang berasal dari GEM Machinery and Allied Industries, India memaparkan penerapan sistem Continuous Withering dalam pengolahan teh hitam jenis CTC. Menurutnya, teknologi ini sudah digunakan di banyak negara seperti Jepang, dan mampu meningkatkan efisiensi energi serta higienitas produk. Pabrik teh dengan inovasi baru ini mampu meminimalkan penggunaan tenaga kerja manusia di proses pengolahan (pabrik) sehingga lebih meningkatkan efisiensi biaya dan menjaga higienis pada produk teh yang dihasilkan.
“Indonesia masih banyak menggunakan teknologi pabrik teh dari era 1970-an. Untuk dapat bersaing secara ekspor, modernisasi mutlak dibutuhkan,” tegas Nishant.
Sementara itu, Prof. Karsono dari Klinik Pertanian Ngawi menjelaskan inovasi pemupukan berbasis urea coating dan blending dengan senyawa organik. Teknologi ini mengoptimalkan penyerapan unsur nitrogen dan mampu mengurangi kebutuhan urea hingga 50%.
“Kami sudah uji coba di Perkebunan Teh Tambi, dan hasilnya sangat signifikan,” ungkapnya.
Dari sisi bioteknologi, Ida Rosnani, S.Si. dari PT Bio Industri Nusantara (BIN) memperkenalkan pupuk hayati “Emas” yang mengandung mikroba fungsional seperti Azospirillum, Azotobacter, dan Aspergillus niger. Pupuk ini terbukti meningkatkan produktivitas teh, memperbaiki struktur tanah, serta menekan pemakaian pupuk kimia hingga 25%.
“Pupuk hayati adalah salah satu terobosan yang diperlukan untuk memperbaiki Kesehatan dan produktifitas tanaman,” jelas Ida.
Narasumber terakhir, Mastri Ridwan Situmorang, S.T. dari PT Melania Indonesia, menyoroti pentingnya menjaga mutu teh premium. Ia menyebut banyak teh di pasaran masih tergolong low-grade, yang berdampak pada rendahnya permintaan teh berkualitas tinggi.
Upaya menciptakan teh berkualitas dilakukan dari Kebun yaitu dengan menghasilkan raw material (pucuk teh) yang baik. Jika bahan baku berkualitas buruk, maka produk akhir pun akan buruk (rubbish in, rubbish out). Di sector pabrik, proses pengolahan wajib mengolah sesuai standar operasional prosedur (SOP) seperti FSSC/GMP.
“Mutu produk teh sangat ditentukan dari bahan baku dan proses pengolahan. Diperlukan SOP yang ketat serta manajemen yang stabil dan efisien,” ujar Mastri.
Usai sesi talkshow Tea Talk 2, acara dilanjutkan dengan pengumuman pemenang “3rd National Tea Competition 2025” oleh ATI. Kompetisi ini menjadi bentuk apresiasi terhadap pelaku industri teh yang berhasil menjaga kualitas dan inovasi produk secara konsisten.