2nd T-POMI
2024, 12 Mei
Share berita:

Bandung, Mediaperkebunan

Tanaman kelapa sawit Indonesia 72,88% berada di kelas lahan S3, sedang S2 14,22% dan S1 12,9%. Dengan kondisi seperti ini maka sebagian besar kebun kelapa sawit harus ada upaya lebih untuk peningkatan produktivitas karena fisik dan kimia tanahnya tidak bagus. Riza Arief Putranto, Wakil Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit menyatakan hal ini.

Terdapat kesenjangan hasil antara hasil antara yang sebenarnya bisa dicapai dengan hasil yang dicapai. Diperkebunan besar dan perkebunan rakyat sampai 30%. Penyebanya penggunaan bibit yang tidak unggul dan pengelolaan kebun kurang standar. Tantangan terbesarnya adalah menutup kesenjangan ini terutama di perkebunan rakyat.

Tantangan pengembangan perkebunan rakyat produktivitas rendah, rantai pasar lebih panjang, pendapatan lebih rendah, pengetahuan tentang pengelolaan dan budidaya kebun terbatas, modal untuk saprotan terbatas, mencari pendapatan sampingan sehingga tidak fokus pada perkebunan sawit, rawan konflik kepemilikan lahan, sulit memperoleh sertifikat ISPO dan RSPO.

Harga CPO dipengaruhi oleh suply dan demand , jika oversuply maka harga akan jatuh. Perubahan iklim menyebabkan kebun kelapa sawit di Sumatera bagian Selatan, sebagian Sulawesi, Jawa Barat dan Papua rawan kekeringan. Sedang kebun sawit di Sumatera dan Kalimantan Timur akan mendapat lebih banyak hujan.

Presentase  hujan tahunan yang turun pada musim hujan diperkirakan secara umum meningkat. Hal ini menandakan bahwa frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim meningkat. Perubahan iklim juga berdampak pada potensi serangan hama penyakit yang semakin meningkat.

Persaingan dengan minyak nabati lain, isu lingkungan, sering mendorong kampanye hitam terhadap kelapa sawit.  Krisis energi berpotensi menimbulkan sumber energi alternatif diantaramya CPO. Sebagai pengganti minyak maka ketika harga minyak naik harga CPO juga naik. Peningkatan permintaan membuat kebutuhan CPO untuk B40 terganggu dan terjadi inflasi.

Baca Juga:  Turunnya Harga TBS Harus Jadi Perhatian Pemerintah

Tantangan riset kelapa sawit adalah kendala akses jaringan serta capaian tingkat kesiapan teknologi yang masih belum memenuhi ekspetasi dunia industri. Kualitas, manfaat serta orisinalitas ide riset yang cenderung belum maksimal.  Riset serta pengembangan hilirisasi sawit masih ditingkat intermediate.

Peneliti belum banyak yang memahami kebutuhan pasar sehingga hasil riset belum menjawab tantangan pasar. Masih adanya ketimpangan pengembangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan perusahaan. Kelemahan litbang di kalangan pekebun sawit rakyat dan orientasi dan pemakaiannya di kalangan mereka. Karena itu penguatan riset harus dapat menjawab tantangan dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan kelapa sawit.

Sasaran riset yang terintegrasi hulu hilir meliputi peningkatan produksi, efisiensi, integrasi teknologi dan optimalisasi sumber daya. Industri kelapa sawit sebagai suatu sistem yang saling terkait mulai dari aspek hulu (penyiapan bahan tanaman hingga ke pengolahan TBS), aspek hilir (pengolahan CPO untuk berbagai produk pangan, non pangan dan energi), aspek lingkungan (pengelolaan limbah) dan aspek sosial ekonomi serta teknologi pendukung.