2016, 13 Agustus
Share berita:

Apapun tanamannya jika tidak dilakukan pemupupukan maka tidak akan tumbuh dengan baik, apalagi pada tanaman kakao sebagai tanaman industri.

Siktus Gusli dari Puslitbang Sumber Daya Alam Universitas Hasanudin menghimbau kepada petani kakao untuk selalu melakukan pemupukan. Apalagi pada lahan-lahan yang status kesuburan tanah rendah, seperti kandungan hara rendah, terutama N dan C organik. Umumnya masam, akibat ketersediaan hara terganggu, khususnya P, K, S, Ca dan Mg.

“Sehingga jika tidak melakukan pemupukan pada lahan yang kesuburannya rendah maka akan semakin serius maslah yang dihadapi petani, seperti rendahnya produktivitas,” kata Siktus.

Contohnya, Siktus menerangkan, setiap memanen kakao 2 ton/ha maka unsur hara yang terbawa adalah 6 zak urea, 2 zak SP-36 dan 2 zak KCl, sehingga harus ditambah 500 kg campuran NPKS yang berimbang/ha/tahun. Artinya petani harus melakukan pemupukan secara teratur. Terbukti melipatgandakan produksi kakao pada demplot IFC klon S1 yang dipangkas tidak dipupuk produktivitas dibawah 600 kg/ha/tahun. Sedang yang dipangkas, dipupuk 250 g NPKS + TE produktivitas 3,2 ton/ha.

Di Cocoa Village Model, Askindo, dipangkas, dipupuk,600-700 kg NPK klon lokal produktivitas 3 ton/ha/tahun. Integrasi kakao kambing atau sapi akan memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas kakao.

“Jadi kunci dari pengelolaan tanah kebun kakao adalah mengingatkan dan menjaga level bahan organik di dalam tanah. Kandungan bahan organik tanah yang cukup dapat menjaga kondisi fisik, kimia, kesuburan dan biologi secara optimal, meningkatkan efektivitas pemupukan bagi kakao yang tinggi berkelanjutan,” jelas Siktus.

Melihat hal ini, Siktus menghimbau, “yang harus dilakukan yaitu mengurangi pengeluaran bahan-bahan tanaman dari kebun kakao misalnya kulit buah kakao. Kulit buah kakao jangan dibawa keluar kebu, apalagi dibakar.Biarkanlah kulit buah kakao dikumpulkan agar terdekomposisi secara alami. kemudian tanam pohon pelindung yang bahan tanamannya mudah terdekomposisi seperti Gliciridia Sp di integrasikan dengan kakao. Lalu inovasi yang terakhir yaitu lakukanlahintegrasi kakao dengan ternak. Maka dengan begitu akan terjadi komposisasi sehinga menyuburkan tanaman.” S

Baca Juga:  Program Desa Bebas Api Asian Agri Terbukti Menekan Kebakaran