Bandung, mediaperkebunan.id –Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah menuturkan, tujuan Kegiatan Taksasi Produksi Gula Awal Giling dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap, akurat dan menyeluruh terkait produksi Gula Kristal Putih dari PG yang ada diseluruh Indonesia.
“Selanjutnya untuk memperoleh data produksi GKP mulai dari taksasi awal, tengah dan evaluasi produksi akhir giling dari masing-masing Perusahaan Gula BUMN maupun swasta, sebagai bahan penyusunan Neraca Komoditas Gula dan sebagai bahan pimpinan dalam pengambilan kebijakan tentang pergulaan nasional tahun 2023,” tambah Andi Nur.
Berdasarkan perkiraan iklim dari BMKG terlihat bahwa tahun 2023 akan masih ada sisa dampak La Nina, gangguan iklim global akan netral (tidak ada El Nino maupun La Nina) diprediksi musim kemarau akan netral atau sama dengan normalnya.
Lebih lanjut Andi Nur menyampaikan, demi menghadapi tantangan tersebut, dapat dilakukan beberapa pencegahan melalui Early Warning, seperti langkah mitigasi dalam pengelolaan dan pengembangan Tebu Nasional, adaptasi pada penangan POPT (Pengendali Organisme Pengendali Tumbuhan) dan Hama Penyakit Tanaman yang akan berpotensi muncul karena kondisi iklim yang relatif basah pada 3 tahun terakhir.
Diharapkan kegiatan Taksasi Produksi Awal Giling Tahun 2023 ini dapat berjalan dengan lancar dan semua data terkait dengan produksi tebu dan gula dari masing-masing perusahaan dapat disampaikan kepada Ditjenbun untuk dapat dikompilasikan sehingga tersedia data yang jelas, menyeluruh dan akurat.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Heru Tri Widarto juga menginginkan agar perkiraan peningkatan angka produksi gula nasional tahun 2023 benar terjadi. “Dengan adanya arahan Dirjen Perkebunan untuk membentuk gugus tugas investasi gula, menjadi bukti keseriusan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan angka produksi gula sehingga bisa terjadi swasembada gula,” ujar Heru.