Jakarta, mediaperkebunan.id – Tingginya permintaan akan biji kakao baik didalam dan luar negeri maka Direktorat Jenderal Perkebunan (DitjenBun), Kementerian Pertanian (Kementan) konsisten dalam mengembangkan tanaman kakao, dan di tahun 2022 ini ditargetkan seluas 5.450 hektare (Ha).
Pengembangan tanaman kakao dilakukan baik melalui peremajaan ataupun intensifikasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas. Sehingga dengan meningkatnya produktivitas maka pendapatan petani otoatis juga akan meningkat, terlebih sebagian tanaman kakao dimiliki oleh petani.
“Untuk kakao kami tahun ini mengalokasikan pengembangannya seluas 5.450 hektar. Kami berharap produksi kakao dapat meningkat,” ujar Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, DitjenBun, Kementan, Hendratmojo Bagus Hudoro.
Bagus pun mengatakan, kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang menghasilkan devisa negara. Ekspor kakao Indonesia menjangkau lima benua yaitu Asia, Amerika, Eropa, Afrika, dan Australia dengan pangsa utama di Asia. Pada tahun 2019, lima besar negara pengimpor kakao Indonesia adalah Malaysia, Amerika, India, China, dan Belanda.
Volume ekspor ke Malaysia mencapai 80,59 ribu ton atau 22,48 persen dari total volume ekspor kakao Indonesia dengan nilai US$ 172,58 juta. Peringkat kedua adalah Amerika Serikat, dengan volume ekspor sebesar 61,77 ribu ton atau 17,23 persen dari total volume kakao Indonesia dengan nilai US$ 285,68 juta.
Data Direktorat Jenderal Perkebunan menyebutkan, luas areal kakao terus menurun sejak 2014 dengan rata-rata minum 0,70 persen. Pada 2014 luas areal kakao tercatat 1.727.437 Ha. Sedangkan pada 2018 menyusut menjadi 1.678.268 Ha.
Seiring dengan itu, produksi kakao juga ikut melorot minimum 4,33 persen. Pada 2018 produksi kakao mencapai 728.414 ton. Sedangkan pada 2019 produksi kakao sebesar 593.833 ton.