Indonesia mencanangkan swasembada gula dan sudah ada road map 2014-2019 yang diproyeksikan semakin meningkat. Kalau dilihat dari kondisi sekarang maka swasembada akan sulit tercapai.
“Masalah-masalah yang dihadapi gula sangat nyata. Solusinya juga harus nyata. Karena itu IKAGI (Ikatan Ahli Gula Indonesia) dan AGI (Asosiasi Gula Indonesia) mengadakan National Sugar Summit untuk memperoleh cara baru yang konkrit bagaimana mencapai swasembada gula,” kata Dwi Satryo Annurogo, Ketua Umum IKAGI.
Masalah dalam on farm saat ini adalah pengadaan bibit unggul; pengaturan masa tanam sehingga komposisi masak awal, tengah dan akhir tercapai; bongkar ratoon yang ideal; penggunaan pupuk yang cocok untuk tebu dan sarana dan prasarana yang masih terbatas.
“Masih ada PR untuk tebang angkut efisien dan mekanisasi. Produktivitas tebu dan gula juga masih harus ditingkatkan. Gula dihasilkan di kebun bukan di pabrik,” katanya.
Luas lahan tebu juga semakin menurun, terjadi alih fungsi baik untuk pemukiman maupun tanaman lain. Kompetitivness tebu dipertanyakan karena banyak yang memilih usaha atau tanaman lain daripada untuk tebu. Harus ada cara untuk membuat petani bergairah kembali menanam tebu.
Sedang di off farm masih banyak PR untuk efisiensi pabrik gula. Kualitas juga masih ada masalah terbukti 2 tahun lalu ada yang dipolice line karena tidak sesuai SNI. PG dituntut mengoptimalkan ekstrasi dari tebu.
PG dituntut tidak menghasilkan gula saja tetapi diversifikasi dan hilirasasi seperti mengolah tetes jadi ekstra netral alkohol, blotong menjadi pupuk organik. Dengan menyelesaikan masalah yang nyata ini maka swasembada gula bisa dicapai.