Jakarta, Media Perkebunan.id
Sustainability meliputi 3 pilar yang tidak terpisahkan yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Sustainablility pada karet yang sekarang sedang digagas beberapa pabrik ban harus ditekankan pada aspek ekonomi petani sebagai pemain utama. Widyatmoko Sumarlin, Wakil Ketua GAPKINDO menyatakan hal ini.
“Beberapa tahun terakhir dengan harga karet yang terus rendah petani sudah sangat terpukul. Saat ini banyak petani karet yang berada di bawah garis kemiskinan,” katanya.
Sistim perdagangan karet alam dunia saat ini tidak ada kesetaraan tanggung jawab dalam rantai pasok. Harga yang rendah sangat menekan produsen, prosesor dan pedagang perantara. Sementara pabrik ban yang menikmati keuntungan terbesar sama sekali tidak ada upaya untuk menaikkan harga.
Beberapa upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan harga oleh negara-negara produser seperti regional rubber market oleh ITRC Mei 2018 tetapi tidak berhasil. Meskipun SICOM dijadikan referensi harga transaksi karet tetapi masih perlu disempurnakan supaya harga lebih remunatif dan adil (sustainable) bagi petani (produser) dan konsumen.
Konsumen dan produser harus bersama-sama membuat harga yang sustainable untuk memastikan keberlanjutan pasokan. Kalau tidak, maka akan banyak petani menebang karet dan mengganti dengan komoditas lain, sehingga pasokan karet alam kedepan akan terganggu.
Produktivitas petani karet Indonesia paling rendah dibanding Vietnam, Malaysia dan Thailand. Komposisi tanaman karet Thailand didominasi berumur 2-15 tahun sedang Indonesia 19-30 tahun.
Total tanaman karet yang harus diremajakan 700.000 ha tetapi ketersediaan benih unggul hanya 10.000 ha/tahun dan itu digunakan perusahaan perkebunan. Pembibitan di kebun rakyat sebagian besar dari biji yang asal usulnya tidak jelas.
Sebagian besar kebun karet berada di daerah yang jelek infrastruktur jalannya sehingga kalau peremajaan, kayunya akan susah keluar. Petani tidak mampu melakukan peremajaan menggunakan alat berat, padahal ini penting untuk memutus siklus penyakit jamur . Petani tidak punya kemampuan finansial melakukan peremajaan.
Saat ini 1 kg harga karet ditingkat petani setengah harga 1 kg beras. Petani juga tidak berdaya menghadapi penyakit gugur daun sehingga produksi turun sampai 25%. Covid membuat permintaan ban dunia menurun 13-15% sampai akhir 2020, membuat permintaan karet turun 1,5 juta ton juga akan mempengaruhi volume penjualan petani.