2023, 27 Maret
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Dari sisi prospek, kopi masih sangat bagus. Sudah diperdagangkan di dunia selama 300 tahun, dan sampai sekarang konsumsinya masih cukup tinggi. “Tidak ada komoditas sebagus kopi,” kata Surip Mawardi, begawan/tokoh/sesepuh kopi Indonesia kepada Mediaperkebunan.id

Sekarang ada emerging market kopi yaitu negara-negara Asia Pasifik. Permintaan cukup tinggi, variasi produk juga bermacam-macam mulai dari natural, wine, full wash, semi wash dan lain-lain. Pasar kopi akan semakin terbuka dengan dirensiasi produk yang semakin banyak.

“ Sangat memprihatinkan, saat ini terjadi paradoks, karena hilir kopi sangat aktif sekali, dengan berbagai kemasan dan polesan jadi “berisik”, tetapi di hulu sunyi senyap. Saya sekarang sudah pensiun sebagai peneliti di Pusat Penelitiaan Kopi dan Kakao, pernah bekerja di perusahaan pengelola kedai kopi dunia, memilih menjadi petani kopi  dengan membangun kebun di Sumatera Utara,” katanya.

Tujuan utama pendirian kebun kopi adalah edukasi untuk menarik minat generasi muda supaya hulu kopi juga bisa ikut berisik. Selama ini beberapa pihak  sudah bergerak melakukan pelatihan petani kopi dan ini sangat bagus, tetapi yang paling penting setelah itu apa yang harus dilakukan. Sebab pelatihan sudah banyak tetapi tidak banyak perkembangan di hulu.

“Misi saya membuat model supaya bertani kopi menjadi gaya hidup juga sama seperti pergi ke kafe sehingga bisa berkembang. Bertani perlu waktu, proses dan cuan dan harapan saya milenial tertarik ke budidaya kopi juga. Berkebun kopi tidak lagi harus menggunakan cangkul tapi alat mesin pertanian yang sekarang tersedia banyak di pasar. Sudah banyak petani muda di sekitar danau Toba belajar di kebun saya tanpa dikenakan biaya,” kata Surip.

Baca Juga:  Masterclass Kopi vs Ikan

Tidak seperti membuka kafe atau coffee shop yang hasilnya langsung kelihatan, bertani kopi adalah investasi jangka panjang, minimal setelah 3 tahun baru ada hasilnya. Ada sisi lain dari bertani kopi yaitu sebagai bagian dari sedekah, amal, berbagi, berbuat baik kepada bumi. Bertani kopi berarti menanam pohon yang menghasilkan oksigen dan menyerap karbon sehingga ikut mengurangi dampak pemanasan global.

Secara terpisah, Direktur Tanaan Tahunan dan Penyegar, Muhammad Rizal Ismail menyatakan tahun 2022 pengembangan kawasan kopi mencapai 18.393 ha atau sesuai target. Sedang tahun 2023 Pengembangan kawasan  kopi 9.600 ha terdiri dari perluasan tanaman kopi 4.450 ha (robusta 250 ha kebutuhan benih 250.000 batang , arabika 3.900 ha kebutuhan benih 3,9 juta batang, liberika 300 ha kebutuhan benih 300.000 batang); peremajaan 2.400 ha (robusta 900 ha kebutuhan benih 900.000 batang, arabika 1.500 ha kebutuhan benih 1,5 juta batang), intensifikasi 2.750 ha (robusta 800 ha, arabika 1.050 ha).