Jakarta, mediaperkebunan.id – Dukung percepatan swasembada gula, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjen Perkebunan) menyelenggarakan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan MoU dengan Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi). Sejalan dengan Perpres No. 40 Tahun 2023, kerjasama yang dilakukan Kementan dengan BRIN dan Peragi salah satu strategi mendukung produksi dan produktivitas komoditas tebu serta penyediaan bioetanol.
Selain penandatanganan MoU, Focus Group Discussion juga diadakan Dirjen Perkebunan guna menyusun upaya dan langkah strategis dalam mengejar target swasembada gula konsumsi tahun 2028, gula industri di tahun 2030 dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati.
“Sesuai arahan Presiden, kita lakukan percepatan untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi dan industri dengan berbagai strategi,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah pada hari Rabu (13/3/2024).
Strategi percepatan swasembada gula serta penyediaan bioetanol oleh Kementan salah satunya adalah dengan melakukan percepatan reknologi dan memperkuat riset, khususnya meningkatnya produktivitas tebu. “Hal ini tentunya untuk sama-sama mendiskusikan strategi kedepannya untuk percepatan peningkatan produksi bahkan swasembada gula konsumsi, industri serta penyediaan bioetanol kedepannya,” lanjut Andi.
Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan, Ditjen Perkebunan, M. Rizal Ismail turut menjelaskan bahwa 30 pabrik gula (PG) baru akan dibangun, sejalan dengan rencana percepatan gula konsumsi dan gula industri. Sampai dengan saat ini, diketahui 12 PG telah terencana dibangun.
“Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman setelah dilantik kembali Presiden Jokowi, langsung memberikan tugas kepada Ditjen Perkebunan untuk akselerasi implementasi Prepres Nomor 40 Tahun 2023 tersebut. Yaitu segera wujudkan swasembada gula dengan melakukan perluasan lahan tebu dan minimal membangun 30 pabrik gula,” ujar Rizal.
“Dan sebanyak 3 PG yang akan direaktifasi dan kurang lebih 8 PG yang akan ditungkatkan kapasitas produksinya,” tambahnya.
Dalam rangka meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tebu giling yang berdayang saing, FGD diadakan dengan fokus untuk meningkatkan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada petani tebu. Lalu, FGD juga diadakan untuk meningkatkan akses pendanaan melalui lembaga keuangan kepada petani tebu.
“Dua tugas ini yang kami perkuat dan akselerasi sehingga dilakukan MoU dengan Peragi dan perjanjian kerjasama dengan BRIN,” tegas Rizal.
Dalam acara FGD, Tim Ditjen Perkebunan dan Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) juga menyampaikan laporan kegiatan Survey dan Groundcheking potensi serta kesesuaian lahan untuk perluasan tebu. Dalam laporan diketahui bahwa Dari 5 Provinsi yang di Survey dan Groundcheking yaitu Provinsi yakni NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat mendapatkan potensi lahan untuk perluasan areal tebu kurang lebih sebesar 200.000 hektar.