Jakarta, Media Perkebunan.id
Untuk mencapai swasembada gula, selain mengandalkan tebu juga perlu eksplorasi tanaman sumber pemanis alami. Komoditi binaan Ditjen Perkebunan untuk menghasilkan pemanis adalah kelapa, aren, batang kelapa sawit yang hasil peremajaan, lontar dan stevia. Hendratmojo Bagus Hundoro, Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Ditjen Perkebunan, menyatakan hal ini dalam webinar tanaman pemanis 4 Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian Perkebunan.
Stevia bisa dipertimbangkan karena kadar kemanisannya 300 kali sukrosa, 1 kg gula stevia setara dengan 300 kg gula pasir. Rendah kalori, mengandung antioksidan dan non karsinogenik. Bisa ditujukan untuk subtitusi impor gula atau pasar ekspor.
Peluang pasar masih terbuka, seperti permintaan Eropa besar karena mereka minta pemanis yang aman dikonsumsi dan produk bernilai kesehatan tinggi. Pasar dunia masih terbuka sebab baru memenuhi 40-60% kebutuhan dunia dan sebagian besar diproduksi di China. Komoditas ini bisa menciptakan lapangan kerja, teknologi dan keahlian tersedia, potensi menarik investor, kesesuaian lahan dan agroklimat.
Stevia ditanam mulai dari 700 m diatas permukaan laut. Lahan seperti ini tersedia di Jabar, Jateng, Sumut, Sulsel, Sulut dan Papua. Hasil identifikasi awal Ditjenbun dan IPB menunjukkan luar areal potensial di Indonesia 10.000 ha dengan produksi 3.650 ton gula/tahun.
Stevia harus diolah lebih lanjut menjadi gula dan ini perlu investasi alat dan mesin yang cukup besar. Karena itu pengembangannya dengan mengundang investor menggunakan pola inti plasma. Inti mengelola lahan 25 ha dan satu industri pengolahan dengan kapasitas 1 ton/hari , sedang plasma yaitu petani sekitarnya 100 ha. Dengan cara ini ekonomi masyarakat semakin berkembang.
“Di beberapa lokasi sudah ada yang menanam stevia tetapi belum diolah jadi gula. Contohnya di Ciwidey hanya sampai jadi daun kering saja kemudian dicampur dengan teh jadi teh stevia,” kata Bagus.
Dengan 83 industri maka setiap tahun bisa dihasilkan 3.635 ton gula, setara dengan 720.000 ton gula pasir sehingga tercapai swasembada dan berkelanjutan. Untuk menarik investor maka akan diberikan fasilitasi pengurangan pajak penghasilan/tax allowance.
Mohammad Cholid, Peneliti Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat menyatakan diversifikasi tanaman sumber pemanis selain tebu perlu dilakukan sebab tebu belum mampu memenuhi kebutuhan gula nasional. Gula tebu juga berkalori tinggi mengakibatkan diabetes, kegemukan dan kerusakan gigi.
Trend pola hidup sehat yang berkembang sekarang adalah diet pemanis rendah kalori. Sementara bahan pemanis sintesis rendah kalori yaitu sakarin, aspartame, siklamat, asulfam-K belum menjadi solusi sebagai subtitusi gula dan diduga bersifat karsinogenik.
Stevia merupakan tanaman pemanis alami, sehingga sangat potensial dikembangkan mendampingi gula tebu dan pengganti gula sintetis. Bahan pemanis yang dihasilkan stevia yaitu Glokosida Steviol termasuk jenis high intense sweetener, dalam jumlah yang sama tingkat kemanisannya 300 kali gula tebu. Senyawa ini diperoleh dari ekstraksi daun.
Senyawa GS ini dinyatakan aman oleh Codex Alimentarius Commision, sebuah organisasi internasional di bawah WHO dan FAO. Indonesia masih mengimpor pemanis alami dari stevia. Dengan kalori yang hampir nol manfaat lain stevia adalah anti diabetic, anti hypertensiv, immunostimulat, non cariogenic dan non carsinogenik.