Vatikan, mediaperkebunan.id – Kabar mengejutkan datang dari Vatikan: Sri Paus Fransiskus yan memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio dan lahir di kota Buenos Aires, Argentina, pada tanggal 17 Desember 1936, telah wafat dalam usia 88 tahun, Senin (21/4/2025). Ini tentu sebuah kabar duka dan sangat mengejutkan. Apalagi sehari sebelumnya, Minggu (20/4/2025), Paus Gereja Katolik ke-266 yang terpilih pada Konklaf Kepausan 2013 itu sempat menghadiri ibadah Paskah di Vatikan.
Paus Fransiskus yang terkenal rendah hati dan banyak membela pihak-pihak yang tertindas itu juga memiliki rekam dan jejak pembelaannya terhadap Indonesia, dalam hal ini memberikan perhatian yang mendalam terhadap perkebunan kelapa sawit, baik yang dikelola rakyat maupun perusahaan.
Dari berbagai informasi yang berhasil dihimpun Mediaperkebunan.id, Selasa (22/4/2025), terungkap kalau Vatikan di bawah kepemimpinan Sri Paus Fransiskus memberikan perhatian mendalam terhadap perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan Indonesia namun ditekan terus-menerus oleh Uni Eropa (UE).
Pada 26 April 2018, atau tujuh tahun kurang lima hari sebelum berpulangnya Sri Paus Fransiskus, Presiden Indonesia saat itu, Joko Widodo (Jokowi) mengurus secara resmi Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, ke Vatikan.
Menurut informasi dari pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Vatikan, Luhut yang menjadi Utusan Khusus Presiden Jokowi akhirnya bertemu dan menyerahkan sebuah surat resmi yang berisi permintaan surat dukungan untuk perkebunan kelapa sawit kepada Sri Paus Fransiskus di Alun-alun Basilica St Petrus, Vatikan.
Dalam suratnya, Presiden Jokowi menyampaikan kekhawatiran kepada Sri Paus Fransiskus terkait kekhawatiran terhadap kebijakan UE yang dinilai diskriminatif terhadap produk-produk berbasiskan kelapa sawit. Presiden Jokowi menyampaikan dampak negatif kebijakan UE terhadap kelangsungan mata pencaharian petani sawit di Indonesia.
Presiden Jokowi saat itu menyatakan banyak dari warga Indonesia bekerja sebagai petani, termasuk petani kelapa sawit yang memiliki sekitar 40 persen dari 12 juta hektar lahan kelapa sawit. Namun, situasi berubah menjadi kurang kondusif karena adanya resolusi UE terkait larangan penggunaan minyak kelapa sawit untuk bahan biofuel mulai tahun 2021, sebagai salah satu energi terbarukan.
Sri Paus Fransiskus menerima surat dari Presiden Jokowi itu dan terlibat dalam pertemuan dengan tim negosiasi Indonesia untuk membahas pembatasan produk sawit di UE, dengan tujuan mencari solusi melalui dialog dan diplomasi. Selain itu, Paus Fransiskus juga menyampaikan pesan penting tentang pentingnya melindungi ekosistem mangrove di Indonesia dan dunia, yang juga terkait dengan isu kelapa sawit dan perubahan tata guna lahan.
Saat itu, Sri Paus Fransiskus juga mempersilahkan Luhut Binsar Panjaitan untuk berdiskusi soal kelapa sawit dengan Kardinal Peter Turkson yang merupakan Kepala Dicastery for Promoting Integral Human Development.
Dalam pertemuan dengan Kardinal Peter Turkison, Menko Luhut menyampaikan informasi tentang perekonomian makro Indonesia, komitmen Indonesia terhadap pelestarian alam, dan kontribusi industri kelapa sawit dalam mengentaskan kemiskinan. Kardinal Turkson diketahui sangat fasih dalam permasalahan lingkungan.
Sang Kardinal memberi masukan perlunya diselenggarakan konferensi yang membahas secara komprehensif dan integral tentang industri kelapa sawit. KBRI Vatikan saat itu juga memutuskan bekerja sama dengan kantor Kardinal Turkson dalam penyelenggaraan konferensi tentang perkebunan kelapa sawit pada Mei 2018. Selamat jalan, Sri Paus Fransiskus, terimakasih telah melakukan pembelaan terhadap perkebunan kelapa sawit dan seluruh petani sawit di Indonesia.