Jakarta, Mediaperkebunan.id
Perkembangan terakhir Uni Eropa makin menyadari bahwa dua produsen minyak sawit terbesar dunia yaitu Malaysia dan Indonesia semakin mematuhi kaidah-kaidah lingkungan yang dpersyaratkan. Buktinya mengakui RSPO sebagai sertifikat untuk perdagangan. Indonesia juga sudah punya ISPO sedang Malaysia MSPO. Soedjai Kartasasmita, Begawan Perkebunan Indonesia menyatakan hal ini pada Kuliah Umum yang diselenggarakan Media Perkebunan.
“Tidak lama lagi mereka akan melakukan pendekatan dengan membantu bidang riset. Kita harus mempersiapkan diri jangan sampai Malaysia lebih maju dalam inovasi. Saya mohon pemerintah memperhatikan riset sawit . Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia maka risetnya juga harus paling depan,” kata Soedjai.
Beberapa perusahaan sudah menerapkan hasil riset seperti Astra Agro Lestari yang bisa palm oil zero waste sehingga bisa memenuhi sustainability. Hasil-hasil riset seharusnya bisa diterapkan sampai ke perkebunan rakyat. Tracebility yang sering jadi kendala perkebunan rakyat dan menjadi salah satu aspek sustainability dengan teknologi terkini sudah bisa dilakukan dengan mudah.
Kelapa sawit adalah salah satu komponen terbesar yang digunakan pabrik coklat dunia. Mars, produsen coklat terbesar di dunia dengan pertimbangan sustainability sudah memilah pemasoknya mana yang sustainable apa tidak. Hasilnya jumlah pemasok yang semula 200 sekarang tinggal 50.
“Kita harus mengikuti perkembangan riset sawit. MPOB sangat aktif sekali. Kita dengan berbagai pertimbangan sering memasukkan faktor politik dalam kelapa sawit sehingga banyak yang terabaikan. Dampak politik harus kita kurangi untuk menghasilkan kebijakan sawit yang bisa dipercaya (trust). Trust merupakan salah satu syarat yang harus dimiiliki oleh produsen terbesar di dunia,” kata Soedjai lagi.
Secara terpisah, Ayu Wulandari dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit menyatakan ISPO dan RSPO memiliki urgensi yang sangat penting dalam meningkatkan daya saing pasar global serta benteng dari isu negatif lingkungan. Kedua sistim sertifikasi juga ini juga mendukung program pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan.
Manfaat ISPO dan RSPO bagi perusahaan adalah membantu perusahaan mengidentifikasi kepatuhan hukum; meningkatkan kesiapan tekanan pasar; tuntutan yang tidak terbatas pada pasar nasional maupun internasional; meningkatkan daya saing perkebunan kelapa sawit; menjaga kelestarian lingkungan; memberikan rasa aman pada pelanggan untuk memakai produk sawit; memasuki pasar ekspor produk minyak nabati Ekropa; mengurangi sengketa sosial dan masalah pelestarian alam. Perusahaan perkebunan yang belum mendapat sertifikat akan sulit masuk ke pasar Eropa.
Sedang bagi petani dapat menjual hasil TBS ke perusahaan besar; peningkatan produktivitas kelapa sawit petani swadaya yang umumnya masih sangat rendah sebab dengan sertifikasi ada Good Agricultural Practises.
Minyak sawit yang bersertifikat nanti akan lebih berharga daripada yang tidak. Sedang petani yang sudah bersertifikat adalah masuk dalam tracebility yang menjadi tuntutan dunia.
Kendala sertifikasi ISPO dan RSPO bagi petani adalah legalitas tanah berupa tidak ada STDB, tanah belum bersertifikat, masih termasuk kawasan hutan. Manajemen kebun belum terdokumentasi dengan baik. Biaya sertifikasi juga tinggi dan kelompok petani tidak berbadan hukum. Solusinya perusahaan perkebunan yang bersertifikat membiayai sertifikasi petani pemasok tbsnya.