Jakarta, Mediaperkebunan.id – PT Socfin Indonesia (Socfindo) , salah satu produsen benih unggul kelapa sawit di Indonesia saat ini tidak hanya mendistribusikan benih unggulnya untuk perusahaan besar baik perusahaan pemerintah, swasta nasional ataupun swasta asing tetapi petani kelapa sawit juga, khususnya untuk mendukung program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) . Agustiaman Purba, Seed Sales & Marketing PT Socfindo menyatakan hal ini dalam perbincangan dengan Media Perkebunan.
Socfindo sangat peduli dengan petani kelapa sawit, sampai sekarang aktif melakukan sosialisasi pada petani di berbagai Sosialisasi bukan hanya untuk memasarkan benih Socfindo tetapi juga untuk mengedukasi petani tentang pentingnya untuk menggunakan benih unggul resmi sehingga produktivitas kebun mereka pada masa depan akan meningkat.
Khusus untuk mendukung PSR, Socfindo juga bekerjasama dengan penangkar di seluruh Indonesia seperti Aceh, Sumut, Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bangka, Kalimanan Timur, Kalimantan Selatan. Di Sumut dan Aceh perkebunan Socfindo juga membuka pembibitan sendiri untuk mendukung PSR.
“Petani peserta PSR Aceh dan Sumut yang ingin menggunakan bibit Socfindo bisa hubungi saya. Sedang daerah lain nanti saya rekomendasikan untuk penangkar resmi yang bekerjasama dengan kami,” kata Agust.
Petani yang punya kemampuan melakukan pembibitan sendiri bisa membeli kecambah minimal 400 butir. Sedangkan untuk pembelian bibit umur 3 bulan atau bibit siap tanam tidak ada batas minimal pembelian. “Kesan yang dulu tertanam bahwa Socfindo hanya untuk perusahaan besar saat ini sudah hilang dan berganti dengan bahwa kami sekarang dekat dengan petani,” katanya.
Socfindo sejak tahun 2013 sudah memproduksi kecambah MT Gano Socfindo yang toleran terhadah Ganoderma. Kecambah ini sangat dianjurkan untuk program peremajaan/tanam ulang baik oleh perusahaan atau petani. Dengan bertambahnya generasi kelapa sawit, perkembangan Ganoderma juga akan meningkat. Socfindo sangat berpengalaman dalam hal ini dan telah menggunakan MT Gano sebab perkebunan kelapa sawit Socfindo sendiri saat ini sudah memasuki generasi ke 4.
Pertambahan meninggi 45-50 cm/tahun, panjang pelepah rata-rata 5 m, populasi 1 ha 143 pokok dan adaptif terhadap cekaman kekeringan yang merupakan karakteristik keunggulan varietas Lame. ‘’Untuk kualitas kami pasti jamin juga kemurniannya. Benih Socfindo 99,9% tenera, bahkan di kebun sendiri kontaminasi dura 0 %, sangat jauh dibawah SNI yang menetapkan maksimal 2%,” katanya.
“Banyak petani masih menganggap kecambah kami lebih mahal dibanding produsen lain. Seperti halnya restoran meskipun masakannya sama tetapi beda dapur beda racikannya. Dalam produksi benih, meskipun sama-sama menghasilkan benih kelapa sawit, pasti ada perbedaan proses, quality control, beda perlakukan pendukung lainnya. Harga kecambah Rp 10.000/butir untuk daur hidup 25 tahun, kalau dihitung pertahunnya menjadi sangat murah,” katanya.