Pasangkayu, Media Perkebunan.id
Salah satu produk samping yang belum banyak dimanfaatkan dari kelapa sawit adalah sisa-sisa tanaman. Berkenaan dengan hal tersebut salah satu sekolah binaan PT Letawa yang terletak di Kabupaten Pasangkayu Sulawesi Barat yaitu SMP Astra Makmur Jaya melalui kepala sekolahnya, Adi Dasuki mengadakan lomba pemanfaatan lidi sawit untuk bahan kerajinan. Adi meyakini bahwa lidi sawit jika dikelola dengan baik akan menghasilkan produk-produk kerajinan yang bisa bernilai ekonomis.
“Dulu banyak orang membuat kerajinan dengan bahan dasar rotan, saat ini untuk mendapatkan rotan sudah cukup sulit dan biayanya juga mahal, kenapa tidak dicoba saja dengan lidi sawit?,“ ujar Adi.
Ide tersebut mendapat respon yang positif dari Community Development Officer (CDO) PT Letawa, Hermanto Rudi yang kebetulan juga menjadi salah satu pengurus komite sekolah SMP Astra Makmur Jaya. Gayungpun bersambut sehingga terselenggarakanlah kegiatan lomba tersebut.
“Perusahaan sangat mendukung kegiatan ini, pertama karena salah satu mata pelajaran di SMP Astra Makmur Jaya adalah Pendidikan Lingkungan Kelapa Sawit (LPKS), yang kedua kami berharap agar ide ini bisa menginspirasi banyak pihak kalau disekitar lingkungan perusahaan banyak bahan-bahan yang jika kita kelola seperti lidi sawit ini akan punya nilai ekonomi,” jelas Hermanto Rudi.
“Bayangkan jika semua masyarakat bisa merubah lidi sawit ini menjadi bahan-bahan kerajinan yang lebih bermanfaat, berapa rupiah yang bisa dihasilkan dan berapa jumlah tenaga kerja yang bisa terlibat,” tambah Hermanto Rudi bersemangat.
Problem dari setiap kegiatan ekonomi di daerah biasanya terbentur dengan pasar. Untuk itu diharapkan pemerintah daerah utamanya bisa membantu membuka pasar untuk produk-produk yang dihasilkan warganya.
“Saya rasa, selain untuk kebutuhan pasar lokal, daerah yang menjadi kantong-kantong wisatawan seperti Palu, Makasar, Toraja, dan Bali bisa kita jadikan pasar produk kerajinan lidi sawit,” harap Hermanto.
Lomba yang ikuti sebagian besar siswa-siswi SMP Astra Makmur Jaya tersebut membawa Dial Faqih Fauzi sebagai juara yang menciptakan kapal kebanggaan masyarakat sulawesi yaitu pinishi. Dipilihnya kerajinan tangan membuat kapal pinishi karena Fauzi ingin terlibat melestarikan budaya masyarakat bugis Makassar sebagai bangsa pelaut ulung.
Disamping menerima sejumlah uang pembinaan , Fauzi beserta pemenang lainnya juga menerima piagam penghargaan yang di serahkan langsung Adi Dasuki sebagai kepala sekolah didampingi Hermanto Rudi dan Hadiana selaku guru pembina.